Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Media Sosial untuk Sekedar Hiburan ?

 



             Perkembangan teknologi dan informasi terjadi sangat cepat dan itu perlu diimbangi dengan iman yang kuat. Yang kita ketahui saat ini, media sosial seakan menjelma menjadi bagian dari hidup kita, sarana bagi kita untuk melakukan interaksi tanpa batasan ruang maupun waktu, segala informasi tidak pandang baik dan buruk bisa diakses hanya dengan duduk santai di teras, dengan smartphone yang tehubung dengan internet kita bisa leluasa mengobrol dengan siapapun yang bahkan berjarak ribuan kelimoter.

            Tidak hanya itu, media sosial juga menjadi alat ekspresi diri, kebebasan yang ditawarkan menjadikan penggunanya mengetahui banyak hal dengan cukup dirumah saja. Luasnya jaringan yang tersedia juga membuat kita bisa dengan mudah mengetahui kondisi sesorang bahkan kondisi suatu negara atau dunia, baik itu budayanya ataupun gaya hidup mereka.

Yang Penting Bahagia

            Disadari atau tidak, konten di media sosial ini sejatinya hanya berbasis untung dan rugi, semua konten yang tersedia tidak lain hanya untuk mencari keuntungan semata, konten yang disuguhkan mereka cenderung bersifat menarik banyak minat, baik konten itu merusak ataupun tidak, yang penting untungnya banyak.

            Tidak heran jika milenial sekarang sangat betah bermain media sosial, menghabiskan waktu untuk melihat konten-konten seperti, konten prank, kepoin artis, drama, dan lain sebagainya dibandingkan dengan mengunakannya untuk hal-hal bermanfaat seperti berdakwah, menebar kebaikan atau mengunduh ilmu yang bermanfaat.

            Ironisnya, kita tau cara memanfaatkan tapi justru kita mengabaikan sampai kita tidak sadar berapa banyak waktu yang sudah kita habiskan sekedar duduk maupun rebahan hanya untuk melihat konten unfaedah, karena yang kita pikirkan adalah kebahagiaan.

Melupakan Tugas dan Kewajiban

            Konten yang sering kali kita konsumsi akan mempengaruhi pikiran kita, pastinya dari pemikiran itu akan menghasilkan tindakan, dan bahan peyusun pikiran kita terisi dengan informasi yang masuk kedalam kepala kita termasuk tontonan dan hiburan yang kita lihat. Dari sinilah tindakan-tindakan kita akan membentuk kepribadian kita.

            Ketika kita sudah asik dengan hiburan dari media sosial, kita sering lupa akan tugas dan kewajiban kita. Menunda-nunda menjadi hal yang sering kita lakukan, walaupun itu hanya mengerjakan tugas kuliah apalagi sampai lupa dengan waktu sholat yang sudah mepet tapi baru berangkat dari niat.

            Konten unfaedah ini telah menjadi distraksi besar generasi muda, jika diteruskan akan membuat kita kehilangan jati diri, prinsip dan tujuan hidup. Juga semakin membuat kita bersikap acuh dengan lingkungan sekitar, bahkan dengan agama kita, karena sibuk mementingkan kebahagiaan yang ada digenggaman tangan yaitu dalam media sosial.

            Lantas bagaiaman dengan tugas dan kewajiban besar kita sebagai umat jika waktu kita habis dengan sia-sia tanpa makna? Bagaimana mungkin kita bisa menjadi muslim berkualitas?. Untuk berkontribusi saja kita sibuk dengan kebahagiaan kita sendiri yang sifatnya hanya sementara.

Hidup Bermakna tidak Hanya Hidup Bahagia

            Mari kita sadari kembali, bahwa hidup bukan hanya tentang bahagia, namun juga tentang memberi makna. Untuk menjadi bermakna kita harus hidup dengan memberi kontribusi, dan kontribusi adalah bagaiamana kita bisa bermanfaat bagi manusia lainya sebagai bentuk ibadah kepada Allah SWT. Lantas sudahkah kita lakukannya ?

            Jika diluar sana mereka melihat media sosial sebagai sumber keuntungan maka kita sebagai umat Islam harus melihatnya sebagai sumber kuntungan sekaligus sumber meningkatkan keimanan, memanfaatkan semaksimal mungkin untuk mendakwahkan Islam. Bukan hanya sebagai penonton tapi juga sebagai pemain.

            Life is a choise, kita disodorkan banyak pilihan dalam menetukan, begitu juga dengan hadirnya media sosial, sejatinya adalah bagaimana kita bisa memilih manfaat dari kehadirannya. Akankah kita menggunakan media sosial untuk hal-hal unfaedah yang merusak diri ataukah menggunakan media sosial untuk menambah ilmu dan meningkatkan keimanan?

Author: Regina E D

(Kader IMM Ibn Rusyd)

Editor: M Rizki