Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Assassin : Pecandu dan Pembunuh dalam Islam


Jejak Radikalisme dalam Islam diawali dengan lahirnya kaum Khawarij pada saat persengketaan kepemimpinan Khalifah antara golongan Muawiyah dan Ali. Namun, beberapa pendapat juga kelompok radikal Islam ini sudah ada sejak zaman Rasulullah. Tindakan-tindakan kelompok radikal cenderung tekstualis dengan menghalalkan darah jika tidak sesuai dengan pemahamannya.  Radikalisme Islam mulai berkembang dengan berbagai kondisi. Kondisi tersebut meliputi politik dan keagamaan. Kondisi politik biasanya berasal dari perebutan kekuasaan yang mengakibatkan adanya ketimpangan. Sedangkan, kondisi keagamaan didasarkan pada perbedaan pandangan yang mengakibatkan terpecahnya kelompok. 

Assassin merupakan salah satu kelompok radikal berasal dari Syiah Ismailiyah sekitar abad 11 M. Assassin mendapatkan perhatian karena memiliki radikalisme yang khas dari kelompok yang lain. Kata Assassin dalam bahasa inggris yang berarti mata-mata kurang lebih dapat menjelaskan gambaran gerakan kelompok Assassin dalam Islam. karena dalam gerakannya Assassin adalah kelompok yang patuh pada pemimpinya dan membunuh secara diam-diam atau biasa disebut Assassination.

Sejarah Assassin dimulai ketika Nizar putra sulung dari Al-Afdal seorang panglima tentara harus kehilangan kepercayaannya karena Afdal meneruskan jabatannya kepada anak keduanya, al-Musta’li. Hal ini dikarenakan Nizar pernah melakukan pemberontakan. Sehingga, Nizar ditangkap dan terbunuh. Terbunuh dan tidak diangkatnya Nizar ini menimbulkan gerakan dari Hasan bin Sabbah yang pernah mengikuti pemberontakan bersama Nizar. Gerakan Hasan ini juga dinamakan Ismailiyah Nizariyah yang bermarkas di Alamut.

Kata Assassin berasal dari kata Hasyasyin yang berarti “penagih hasyisy”. Hasyisy dalam masyarakat arab menganggap seperti candu (Fikri Mahmud. 2007). pendapat lain juga menegaskan bahwa kata Assassin berasal dari Hasaniyyin yang berarti pengikut Hasan bin Sabbah. Pendapat pertama lebih kuat karena cara yang dilakukan kelompok Assassin sebelum beraksi adalah menggunakan pecandu. 

Marcopolo pernah mencatatkan kelompok Assassin dalam mengolah anggotanya agar patuh tunduk kepada pemimpin. Pemimpin mereka biasa disebut orang tua (Benard Lewis, 2009). Perkataan yang diucapkan orang tua pasti diikuti oleh para Assassin apapun itu. Bahkan, saat orang tua mengatakan terjun ke jurang, mereka akan terjun tanpa berfikir walaupun harus membiarkan kepala mereka hancur terbentur. Fanatik dari anggotanya tentunya tidak jauh dari promosi tentang keindahan surga apabila mengikuti kata orang tua. Promosi itu tentunya tidak hanya sebatas kata-kata. Melainkan, mereka para orang tua sudah merencanakanya dengan memberikan pecandu sebelum melakukan aksinya. 

Catatan marcopolo mengambarkan bahwa di dalam lembah Alamut tersebut terdapat istana yang megah. Sekitar 7 orang akan ditawarkan balasan surga jika mereka mengikuti para orang tua-nya. Mereka akan diberikan sebuah obat candu yang membuat mereka tertidur. Kemudian, mereka akan dibawa kedalam istana yang hanya para orang tua yang tahu. Keadaan istana tersebut benar-benar dihias menyerupai surga. Para orang tua membuat miniatur surga dengan segala isinya. 

Di sana terdapat 3 sungai yang terdiri dari khamr, susu dan air seperti apa yang digambarkan pada Alqur’an dan Hadis. Selain itu, istana tersebut juga diisi oleh bidadari-bidadari cantik dengan iringan musik yang merdu. Mereka yang terbangun akan disuguhkan replika surga tersebut. Sehingga, mereka akan berfikir bahwa mereka benar-benar berada di surga. Kemudian, datang seseorang yang menyerupai orang tua yang menjelaskan seperti inilah balasan bagi orang yang mengikutinya. Hal inilah yang menjadi alasan Assassin begitu fanatik kepada orang tua-nya. 

Tercandunya para Assassin tentunya mereka akan mendapatkan tugas khusus dari orang tua. Mereka akan diberikan sebuah belati dan sasaran yang akan dibunuh. Pembunuhan Assassin berbeda dengan pembunuhan biasanya. Pembunuhan yang dilakukan oleh Assassin terstruktur dan berani menyelinap kepada sasaran yang dibunuh. Sekuat apapun penjagaan pasti mampu ditembus dengan mudah. 

Sasaran yang menjadi pembunuhan Assassin yang pertama ialah Wazir Nizam Al-Mulk. Nizam yang merupakan tokoh berpengaruh dalam dinasti saljuk terbunuh secara mengenaskan ditengah-tengah gerombolan. Belati yang diberikan oleh orang tua berhasil ditancapkan tepat di jantung Nizam.

Korban Assassin lainnya ialah Gubernur Baroski yang menggunakan baju besi. Baju besi yang ia kenakan adalah bentuk perlindungan karena kelompok Assassin telah mengintainya. Tetapi, Ia terbunuh dengan belati menancap di lehernya yang tak terlindungi. Pembunuhan besar selanjutnya dilakukan kepada raja Yerussalem, Conrat Montferrat. Jika diamati tentunya korban dari Assassin adalah tokoh-tokoh penting. 

Pada tahun 1256 M, Assassin mulai diincar oleh dinasti Mongol. Mongol yang bangkit dan ganas pada saat itu berhasil menaklukan benteng pertahanan Alamut. Serbuan ini tentunya hampir sama dengan dihabiskannya Baghdad. Sehingga, catatan dan peninggalan tentang adanya Assassin pun ikut hangus. Hal inilah yang menjadi penyebab kelompok Assassin begitu sulit diteliti keberadaanya. 

Author: Irfan Zakariah

(Ketua Bidang RPK PK IMM Al-Kindi 2020-2021)

Editor: M Rizki