Pentingnya Belajar Propaganda bagi Kader IMM
Apa itu propaganda?
Sebenarnya propaganda adalah satu diantara beragam metode
komunikasi yang ada dalam ilmu komunikasi. Selain propaganda ada juga beberapa metode
komunikasi dalam dunia kontemporer seperti jurnalistik, hubungan masyarakat, periklanan,
pameran/eksposisi dan publikasi. Propaganda sebenarnya sudah dipakai oleh
institusi Gereja di Eropa pada zaman pertengahan, namun semakin masif digunakan
saat terjadinya Perang Dunia I dan II.
Harold D. Laswell melalui karya klasiknya Propaganda Technique in the World War pada tahun 1927 mengemukakan bahwa salah satu upaya untuk mendefinisikan propaganda adalah mengacu pada peranan propaganda untuk mengontrol pendapat umum melalui pesan- pesan simbolis yang signifikan, atau untuk berbicara lebih kongkrit dilakukan lewat cerita, rumor, laporan, gambar yang belum tentu akurat. Beberapa tahun setelahnya, Laswell memperkenalkan definisi propraganda yang sedikit berbeda, yaitu propaganda dalam arti yang luas adalah teknik mempengaruhi tindakan manusia dengan memanipulasi representasi.
Jika saya simpulkan berarti propaganda adalah usaha untuk
mengontrol pendapat umum dan mempengaruhi tindakan manusia melalui berbagai
rekayasa informasi untuk suatu tujuan tertentu. Sehingga setiap usaha untuk
mempengaruhi orang lain untuk mengafirmasi ide atau gagasan, atau bahkan turut
terlibat dalam perjuangan tertentu merupakan tindakan propaganda.
Mengapa propaganda menjadi penting?
Di tengah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang
pesat, semakin mengharuskan kita, sebagai mahasiswa atau sebagai kader IMM,
untuk mempelajari metode-metode komunikasi. Bagi saya pribadi ada dua tujuan
kita dalam mempelajari ilmu propaganda, yang pertama tujuan preventif dan yang
kedua tujuan pragmatis.
Tujuan preventif adalah tujuan
yang bersifat pencegahan dari serangan propaganda dari pihak lain. Dengan
mengetahui ilmu propaganda diharapkan kader-kader IMM mampu mengenali
usaha-usaha pihak luar yang ingin menghancurkan IMM melalu propagandanya,
sekaligus bisa melakukan counter narasi terhadap pihak luar tersebut.
Bisa juga agar kader-kader IMM tidak mudah termakan kerja-kerja propaganda yang
dilakukan oleh media, politisi atau bahkan pemerintah sekalipun.
Tujuan pragmatis adalah menjadikan klerja-kerja propaganda guna
mencari keuntungan bagi keberlangsungan gerakan IMM. Walaupun IMM bukan partai
politik, dalam banyak hal IMM pasti juga akan melakukan aksi-aksi politis.
Misal saja saat membela warga yang bersengketa tanah dengan penguasaha properti,
atau melawan kebijakan pemerintah yang tidak adil. Untuk melegitimasi gerakan
kita perlu melakukan kerja-kerja propaganda.
Namun menurut Harold Laswell, tujuan utama dalam melakukan propaganda adalah:
1. Untuk menumbuhkan kebencian terhadap musuh.
2. Untuk melestarikan persahabatan sekutu.
3. Untuk menghancurkan semangat musuh.
4. Untuk mempertahankan persahabatan dan jika mungkin untuk menjalin kerja sama dengan pihak yang netral.
Teknik-teknik propaganda yang bisa dipelajari
Name Calling
Teknik propaganda ini dilakukan dengan memberikan label buruk
kepada gagasan, orang, objek atau tujuan, dengan maksud menjadikan publik
menolak sesuatu tanpa menguji kenyataan. Misal saja jika kita ambil contoh di
kampus, di mana salah satu organisasi mahasiswa yang bernama Gema Pembebasan
yang dituduh oleh PMII sebagai teroris, radikal dan memiliki ajaran yang sesat.
Pelabelan itu sejatinya sudah merupakan kegiatan propaganda, hal itu karena
publik diharuskan percaya tanpa mampu memvalidasi kebenaran atau kesalahan dari
pernyataan tersebut.
Glittering Generalities
Jika teknik sebelumnya dilakukan dengan menjelek-jelekkan lawan
atau kompetitor, maka pada teknik yang kedua berfokus pada membesar-besarkan
kebaikan dari pihak yang sedang melakukan propaganda. Teknik ini biasanya
menggunakan kata-kata tinggi yang melangit, semakin abstrak dan semakin sulit
dimengerti semakin baik, selama kalimat-kalimat atau narasi yang dilontarkan
memiliki konotasi yang baik atau mulia. Dengan teknik ini, tindakan buruk dan
keji sekalipun bisa dimake over seolah-olah menjadi tindakan mulia dan
harus diperjuangkan. Misal saja di UINSA yang sistem demokrasi dikebiri
habis-habisan oleh PMII sebagai penguasa sistem. PMII bisa saja menarasikan
bahwa penguasaan kampus diperlukan untuk menjamin jalannya perkaderan dan
ideologi Islam Rahmatan Lil Alamin tetap dapat lestari di UINSA sebagai
lawan dari paham-paham radikal yang marak bercokol di Indonesia.
Transfer
Teknik transfer merupakan kegiatan propaganda yang meminjam ketenaran,
bisa berupa simbol yang dijunjung tinggi dalam suatu masyarakat atau bisa juga
dengan meminjam ketenaran dari tokoh yang berwibawa dan disegani oleh
masyarakat dalam suatu lingkungan. Misal saja pidato sambutan seorang Presiden
DEMA UINSA yang menyarankan untuk berproses di PMII. Dengan itu seolah-olah
mengesankan kalau mahasiswa baru mengikuti PMII maka ia bisa sesukses sang
Presiden DEMA.
Testimonial
Teknik ini melancarkan propaganda dengan mengutip atau mensitir
kata-kata orang terkenal mengenai baik tidaknya suatu ide atau produk agar
diterima oleh orang banyak dan setuju untuk mengikutinya. Intinya adalah
menggunakan kata-kata dari tokoh berpengaruh yang dikesankan sejalan dengan ide
atau gagasan yang dibawa oleh sang propagandis. Misal saja PMII SS yang dalam
promosinya mengutip perkataan dari Ketua DEMA F atau dari Ketua SEMA F, yang
intinya menganjurkan mahasiswa untuk mengikuti perkaderan di PMII SS. Hal itu
tentu saja mengesankan bahwa banyak orang hebat yang masuk ke dalam PMII SS,
dan akhirnya mendorong mahasiswa-mahasiswa baru di Tarbiyah untuk turut ikut di
dalamnya.
Plain Folks
Teknik ini adalah sutau cara yang digunakan propagandis untuk
meyakinkan orang banyak, bahwa gagasannya baik karena demi kepentingan
“rakyat”. Dengan teknik ini propagandis selalu memposisikan dirinya sebagai
rakyat, atau setidaknya memperjuangkan aspirasi rakyat banyak. Warsono
mengartikan teknik ini “pura-pura orang kecil.”
Card Stacking
Teknik Card Stacking diterjemahkan oleh Sastropoetro sebagai
salah satu teknik propaganda yang hanya menonjolkan hal-hal yang baiknya saja,
sehingga publik hanya dapat melihatnya dari satu segi saja. Jadi teknik ini
berbeda dengan berita bohong. Jika berita bohong terang-terang memalsukan
fakta, teknik ini digunakan untuk menyembunyikan fakta negatif dengan
membesar-besarkan fakta positif dari suatu realitas. Hal itu sangat marak
sekali dilakukan oleh partai-partai atau organisasi-organisasi mahasiswa.
Bandwagon
Dalam teknik ini propagandis
berusaha untuk meyakinkan khalayak akan kepopuleran dan kebenaran tujuan
sehingga setiap orang akan turut naik. Prinsip satu- kepada-banyak yang menjadi
pegangan propaganda, semakin menemukan momentumnya seiring dengan berkembangnya
media massa. Sederhananya propagandis berusaha meyakinkan bahwa tujuan dan
gagasannya benar karena popularitas gagasannya dan banyak orang lain turut
membenarkannya. Dalam hal ini PMII sangat terlihat menggunakan teknik
propaganda ini, karena faktanya PMII menang secara jumlah dan mampu menarasikan
PMII sebagai organisasi yang paling bergengsi hanya karena banyak pengikutnya.
Author: Fadhlur Rohman
(Ketua Umum PK IMM Al-Farabi 2020-2021)
Editor: M Rizki