Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Algoritma Medsos Sebagai Pengingat kepada Tuhan



Mengenai algoritma yang telah menjadi suatu bentuk keilmuan di zaman ini. Penulis baru sadar jika ada mata kuliah bernama algoritma pemrograman. Suatu ilmu yang saya kira cukup menjadi sub-bab pelajaran matematika waktu SMA dulu. 

Algoritma secara sistematis menjelaskan langkah-langkah untuk memecahkan suatu masalah. Logika dan sikap problem solving merupakan landasan mata kuliah ini. Tak banyak teman yang menguasai meski tak cukup sulit juga. 

Hanya rasa malas yang timbul akibat terlalu pusing memikirkan angka-angka jika mendengar hal yang berbau hitungan. Jangan salah, algoritma tak seperti itu. Kemungkinan kita hidup termasuk dalam perhitungan Tuhan dan sudah diatur serta sudah ditemukan cara dalam menghadapi setiap permasalahan. 

Allah Swt yang Maha Bijaksana telah memberikan kita ilmu yang sangat berguna bagi perkembangan hidup manusia. Dan sebagai umat Islam pasti bangga dengan algoritma ini karena penemunya merupakan seorang ilmuan muslim bernama “Al-Khawarizmi” atau biasa disebut “bapak algoritma dan penemu aljabar”.  (Surah yang menjelaskan algortima)

Di dunia digital yang semakin berkembang, ditambah semakin maraknya jenis-jenis media sosial yang dapat kita lihat sekarang ini. Terkadang Allah Swt pun menegur kita lewat postingan yang muncul diberanda YouTube, Instagram bahkan status WA. 

Hal menarik yang pernah saya dengar dan ingat hingga saat ini tentang teguran adalah ketika guru Madrasah Tsanawiyah saya pernah berkata bahwa ”Allah dapat menegur kita lewat lisan orang lain”. 

Sebagai contoh ketika kita membuang sampah sembarangan. Lalu ada orang yang bilang untuk jangan membuang sampah ditempat itu. Baik dengan kasar atau lembut orang itu menegur kita, tentu dari diri kita juga ada sisi tidak terima karena diingatkan. Padahal secara tidak langsung bisa dibilang itu adalah teguran dari yang Maha Kuasa. 

Kembali dalam diri kita apakah kita dapat menerima dan menjadikan kesalahan sebagai sebuah pelajaran. Atau malah menjadikan situasi tersebut sebagai ajang beradu argumen? Di sinilah sikap kedewasaan muncul.

Ketika kita dapat mengambil sikap untuk menentukan mana yang baik dan mana yang salah. Keegoisan-lah yang menjadi pemicu kita untuk melakukan kesalahan yang sebenarnya kita tahu sendiri bahwa hal tersebut salah. 

Lalu hubungan teguran ini dengan media sosial kita apa dong? Algoritma media sosial menyuguhkan postingan yang relevan dengan diri kita bahkan kebutuhan terpenting yang dengan sadar atau pun tanpa sadar memang benar-benar kita butuhkan. Secara tidak langsung kita akan sadar bahwa Allah selalu ada bersama bahkan ketika sedang asik rebahan sambil scroll Instagram pun hidayah bisa saja datang.

Coba kalian perhatikan apakah di sosial media hanya menampilkan konten yang menghibur saja seperti bermain gim, travelling, menghabiskan uang dan lain sebagainya. Banyak juga konten yang menampilkan dakwah, motivasi dan ilmu yang bermanfaat. Tinggal kita saja yang ingin memilih pihak mana. Tapi menariknya adalah di mana sistem seluruh media sosial layaknya terhubung satu dengan yang lain

Sebagai contoh kita ingin melihat tutorial membuat resep suatu makanan di YouTube. Lalu beberapa saat setelah itu kalian membuka Instagram ataupun Facebook. Pasti di salah satu postingan random ini ada saja terselip hal yang berbau makanan. Kenapa bisa begitu? Karena memang beberapa media sosial dapat terhubung satu dengan yang lain. 

Algoritmalah yang menuntun kita untuk menemukan hal itu. Layaknya sulap, tiba-tiba terkaget bagaimana mereka bisa tahu. Atau saja kalian sedang asik melihat video makanan, iklan yang ditampilkan di seluruh video yang anda lihat meski bukan tentang makanan pasti menampilkan iklan berbentuk produk suatu brand makanan atau minuman. 

Karena fokus pencarian kalian lebih banyak ke arah makanan. Ajaibnya ketika kita sedang dalam masalah dalam kehidupan ini, selalu saja ada posting-an yang muncul seolah-olah menjadi teguran kita, “wah, bener juga”, “nah, ini yang dicari”, “sepertinya harus segera tobat nih”. Ucapan-ucapan itu muncul dibenak kalian seolah-olah menjadi tamparan keras.

Dan semakin banyak kalian melakukan klik atau melihat tayangan yang serupa berhari-hari. Maka isi konten yang ada dalam media sosial kalian tentu berisi dakwah atau kalimat motivasi. Lalu kalian memiiki keinginan untuk mencari lebih banyak lagi hal serupa. Begitulah berulang dalam semua hal. 

Namun bukankah dibalik semua kebetulan ini pasti ada artinya. Tak ada yang namanya kebetulan, itulah yang diyakini penulis dalam tulisan ini. Setiap langkah, setiap hembusan nafas serta setiap kita melakukan suatu kegiatan, merupakan ketentuan yang Maha Kuasa. 

Bagaimana bisa kemampuan algoritma dapat melakukan semua ini? 

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-‘Alaq: 1-5)

Allah-lah yang telah menuntun kita, Rasulullah telah mencontohkan hal-hal yang baik lagi benar. Terus belajar dan lebih banyak bertobat akan membawa kita ke jalan yang lurus. Karena segalanya berasal dari Tuhan Yang Maha Esa. Seluruh ilmu berasal dari-Nya, jangan merasa paling hebat karena menemukan suatu gagasan baru yang dinilai inovatif. 

Setiap postingan dakwah akan menjadi ilmu bagi orang yang mau belajar dan bersungguh-sungguh. Memang tidak semua manusia dapat melakukannya. Semua itu hanyalah titipan dari yang Maha Kuasa. Tetap belajar dan istiqomah dalam melakukan segala hal.

Author: M Rizal Abdan K (Ketua Bidang RPK PK IMM Al-Farabi 2021-2022)

Editor: Fadhlur Rohman

Redaksi IMM UINSA
Redaksi IMM UINSA Tim Redaksi RPK KOORKOM IMM UINSA