Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Meneladani Isra’ Mi’raj Rasulullah SAW dalam Semalam Hingga Turunnya Perintah Sholat 5 Waktu

  

Dalam perjalanan peradaban kehidupan, ummat Islam pastilah tahu suatu peristiwa yang dialami Nabi Muhammad SAW, yakni perjalanan isra' mi'raj. Menurut Al-Maududi dan Al-Allamah Al-Manshurfuri serta mayoritas ulama’, persitiwa ini terjadi pada 27 Rajab tahun ke 10 kenabian tahun 621 M.

Namun Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri dalam Kitabnya Ar-Rahiq Al-Makhtum menulis bahwa Isra' Mi'raj terjadi pada tahun ke -13 kenabian dikarenakan Khadijah r.a wafat pada bulan Ramadhan tahun ke-10 kenabian yaitu 2 bulan setelah bulan Rajab.

Isra' Mi'raj merupakan perjalanan yang dilakukan Nabi Muhammad SAW dalam semalam, dari Masjidil Haram di Kota Makkah menuju Masjidil Aqsa di Yerussalem hingga puncaknya menuju langit ke-7 Sidratul Muntaha.

Allah mengabadikan persitiwa mulia ini dalam QS. Al-Isra’:1: “Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad SAW) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda kebesaran kami.Sesungguhnya Dia (Allah SWT) Maha mendengar lagi maha melihat”.

Menurut para ulama’ hadist menyatakan bahwa Rasulullah SAW melakukan perjalanan Isra’ Mi’raj dalam kondisi terjaga; tidak dalam kondisi tidur dan mimpi. Beliau memulai perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa dengan menaiki kendaraan Buraq yang dibawa oleh malaikat Jibril dari Surga. Dalam perjalanan bersama malaikat Jibril ini, beliau singgah di lima tempat, dan dalam setiap perjalanan beliau berhenti sejenak untuk melaksanakan sholat 2 rakaat.

Alur perjalanan
Nabi Muhmmad SAW bersama malaikat Jibril singggah pertama di Kota Madinah yang kelak menjadi tempat berhijrah dan menjadi Kota cahaya Islam atau Madinatul Munawwarah. Lalu beliau singgah di kota Madyan yang merupakan lokasi persembunyian Nabi Musa As ketika dikejar oleh Fir’aun dengan bala tentaranya.

Selanjutnya singgah dan sholat 2 rakaat di Thuur Sina, lokasi Nabi Musa As berbicara langsung dengan Allah SWT. Kemudian singgah dan sholat lagi di Baitul Lahm yang merupakan lokasi lahirnya Nabi Isa As, dan akhirnya sampailah beliau di Masjidil Aqsa Palestina, tempat yang dituju dalam perjalanan malam itu. Beliau malam itu bersama malaikat Jibril melanjutkan perjalanan ke langit dunia. Malaikat Jibril meminta izin untuk dibukakan pintu menuju ke sana.

Di langit pertama, Nabi Muhammad dan Jibril langsung disambut Nabi Adam, ayahnya seluruh ummat manusia. Beliau mengucapkan salam, Nabi Adam pun menjawab serta menetapkan nubuwah bagi Nabi Muhammad SAW. Kemudian Allah memperlihatkan roh-roh orang yang mati syahid dan berbuat baik dalam masa hidupnya di sebelah kanan, dan roh–roh orang yang sengsara jahat dan dzalim dalam masa hidupnya di sebelah kiri.

Kemudian ke langit kedua bertemu Nabi Yahya dan Nabi Isa. Beliau mengucapkan salam dan kedua Nabi itu pun menjawabnya serta menetapkan nubuwah bagi Nabi Muhammad SAW. Lalu berangkat ke langit ketiga bertemu Nabi Yusuf As. Beliau mengucapkan salam, Nabi Yusuf menjawabnya dan menyambut kedatangan serta menetapkan nubuwah bagi Nabi Muhammad SAW.

Selanjutnya menuju langit keempat bertemu Nabi Idris As. Beliau mengucapkan salam, Nabi Idris menjawabnya dan menyambut kedatangan serta menetapkan nubuwah bagi Nabi Muhammad SAW. Kemudian ke langit kelima bertemu Nabi Harun. Beliau mengucapkan salam, Nabi Harun menjawabnya dan menyambut kedatangan serta menetapkan nubuwah bagi Nabi Muhammad SAW.

Kemudian naik ke langit keenam beretemu Nabi Musa bin Imran. Beliau mengucapkan salam, Nabi Musa menjawabnya dan menyambut kedatangan serta menetapkan nubuwah bagi Nabi Muhammad SAW. Ketika Nabi Muahmmad SAW akan melanjutkan perjalanan, Nabi Musa As menangis.

"Mengapa engkau menangis wahai Nabi Musa?" Tanya beliau, Nabi Musa menjawab, "Aku meangis karena ada seorang pemuda (Muhammad) yang diutus sesudahku, yang akan memasuki surga bersama umatnya dan lebih banyak masuk surga daripada umatku sendiri."

Nabi Muhammad kemudian melanjutkan perjalanan ke langit ketujuh bertemu Nabi Ibrahim As. Beliau mengucapkan salam dan Nabi Ibrahim menjawabnya dan menyambut serta menetapkan juga nubuwah bagi Nabi Muhammad SAW.

Akhirnya sampailah beliau naik ke Sidratul Muntaha, lalu naik lagi ke Baitul Ma’mur, kemudian naik lagi untuk menghadap Allah SWT yang Maha Perkasa dan mendekat dengan-Nya hingga jaraknya tinggal sepanjang dua ujung busur atau lebih dekat lagi.

Perintah sholat wajib
Allah memberikan wahyu kepada beliau dan hambanya. Allah mewajibkan shalat lima puluh kali. Beliau kembali turun dan bertemu Nabi Musa. Nabi Musa bertanya, "Apa yang diperintahkan kepadamu?" Beliau menjawab "Shalat lima puluh kali." Nabi musa berkata, "Sesungguhnya umatmu tidak akan sanggup melakukanya. Kembalilah wahai Muhammad, mintalah keringanan kepada Rabb-mu untuk umatmu." Beliau memandang ke malaikat Jibril meminta pendapatnya. Maka malaikat Jibril menginstruksikan, dan berkata,"Itu benar, jika memang engkau menghendakinya."

Ditemani dengan malaikat Jibril, beliau naik lagi mengahadap Allah SWT. Begitulah yang diriwayatkan Al-Bhukhory dalam beberapa jalan. Jumlah sholatnya dikurangi sepuluh. Lalu turunlah beliau dan bertemu kembali dengan Nabi Musa serta menyampaikan informasinya.

Nabi Musa berkata, "Kembalilah Muhammad, temui Rabb-mu mintalah keringanan lagi. Beliau naik-turun menemui Nabi Musa dan Allah Azza wa Jalla untuk negosiasi sampai akhirnya ditetapkan lima kali waktu shalat. Sebenarnya Nabi Musa menyuruh Nabi Muhammad kembali untuk menemui dan minta keringanan lagi kepada Allah, namun beliau bersabda, "Aku sudah malu kepada Rabb-ku. Aku sudah ridha untuk menerimanya."

Dalam beberapa ayat Al-Qur’an sebenarnya shalat sudah ada sebelum Nabi Muhammad SAW. Sholat Subuh itu dilaksakan Nabi Adam As pasca di turunkan oleh Allah SWT dari surga karena takut dengan keadaan dunia yang masih sepi gelap dan beliau sendirian. Kemudian melakukan sholat dua rakaat saat waktu subuh menjelang matahari terbit sebagai rasa syukur karena sudah terbebeas dari gelapnya malam berganti  pagi yang cerah.

Sholat Dzuhur pertama dilaksakan oleh Nabi Ibrahim As empat rakaat setelah beliau menyembelih Ismail yang diganti Allah dengan domba sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah saat matahari tergelincir.

Sholat Ashar yang dilaksanakan oleh Nabi Yunus empat rakaat sebagai ungkapan rasa syukur  setelah di telan dan masuk ke dalam perut ikan paus yang gelap dan keluar ke darat dengan selamat. Sholat Maghrib yang di lakukan oleh Nabi Isa tiga rakaat saat matahari terbenam sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah karena diselamatkan dari kejahilan kaumnya.

Sholat Isya’ yang di laksanakan Nabi Musa empat rakaat sebagai ungkapan rasa syukur ketika perjalananya selamat bersama sang istri dari Madyan menuju Mesir takut dikejar bala tentara Fir’aun yang dzalim, serta kegundahan hati Nabi Musa.

Dalam perjalanan ini, Nabi Muhammad SAW mengalami peristiwa yang sangat bemakna, beliau disuguhi dua gelas minuman yang satu berisi susu dan satunya berisi arak. Nabi mengambil gelas yang berisi susu, malaikat Jibril berkata selamat wahai Nabi Muhammad karena engkau telah memilih kebenaran (susu) dan menjauhi yang keburukan (arak). Beliau telah memilih kebaikan bagi dirinya sendiri dan kebaikan bagi seluruh umatnya.

Nabi Muhammad juga diperlihatkan empat sungai di surga, dua sungai tampak dan tidak tampak. Sungai yang tampak yaitu Nil dan Eufrat. Risalah ini berarti beliau nanti akan hidup di daerah subur diantara dua sungai tersebut yang penduduknya akan menjadi pengemban agama Islam dari satu generasi ke generasi berikutnya. Namun, hal ini bukan berarti sumber Sungai Nil dan Eufrat dari surga.

Tidak hanya itu, beliau lalu diperlihatkan orang-orang yang disiksa akibat selama hidupnya mengambil hak anak yatim, bibirnya seperti onta yang makan sepotong api neraka lalu keluar dari duburnya. Kemudian melihat malaikat penjaga neraka yang tidak pernah senyum, di wajahnya tidak kegembiraan dan keceriaan. Dari sana beliau juga melihat keindahan surga dan kengerian neraka.

Sumber: Sirah Nabawiyah dan Ar-Rahiq Al-Makhtum, karya Syaikh Shafiyyurahman Al-Mubarakfury

Author: Muhammad Izzuddin Fadllu Ilmi (Ketua Bidang Tabligh dan Kajian Keislaman)
Editor: Auni H. (RPK Korkom IMM UINSA)

Redaksi IMM UINSA
Redaksi IMM UINSA Tim Redaksi RPK KOORKOM IMM UINSA