Menjelang Ramadhan, Leviathan Kaji Metode Hisab
Jum’at, 18 Maret 2022, Bidang Tabligh dan Kajian Keislaman,
Pimpinan Komisariat IMM Leviathan mengadakan Kajian Lensa (Leviathan Mengkaji
Bersama) membahas topik tentang Ramadhan, Hisab, dan Muhammadiyah.
Kajian ini diselenggarakan dengan daring via Google
meet. Meskipun kajian ini dilaksanakan dengan metode daring, akan tetapi tidak
mematahkan semangat immawan dan immawati untuk mengikuti kajian ini yang dimulai pukul 19.45 WIB ba’da sholat Isya’ hingga selesai pada pukul 21.00 WIB.
Pada kajian lensa kali ini, PK IMM Leviathan mengundang pemateri
yang merupakan Ketua Himpunan Mahasiswa Ilmu Falak UIN Sunan Ampel Surabaya periode 2020-2021
yakni Caesar Abdullah Salam, S.H dan dimoderatori oleh Kabid Tabligh dan Kajian
Keislaman IMM Leviathan yakni Muhammad Dhiya’ulhaq Syahrial Ramadhan.
Pembahasan dimulai dengan menjelaskan tentang definisi dari Ramadhan.
Pemateri menjelaskan bahwasanya Ramadhan bulan ke-9 pada Tahun
Hijriyah yang mana sejak zaman dahulu selalu terjadi di musim panas dan terasa
sangat panas. Akan tetapi, selain terjadi di musim panas, Ramadhan ini memiliki
keistimewaan. Dari keistimewaan ini, terjadi pembakaran dosa kepada seluruh
umat Islam dan dilipatgandakan pahala yang melaksanakan ibadah di bulan
Ramadhan.
Adapun dalam penentuan bulan Ramadhan, Muhammadiyah menggunakan
metode Hisab dalam penentuan awal bulan Hijriyah. Hisab ini merupakan
perhitungan astronomis penentuan posisi bulan untuk penentuan awal bulan
Hijriyah. Ada beberapa jenis hisab diantaranya, Taqribi (Periodik), Tahqiqi
(Hakiki), Tadhqiqi (Kontemporer). Dari ketiga jenis hisab ini, yang umum
dilakukan oleh Muhammadiyah adalah jenis Hisab Tadhqiqi (Kontemporer).
Pemateri juga menjelaskan alasan mengapa Muhammadiyah memilih hisab.
Dalam hal ini, ada 2 macam metode penentuannya, yakni argumen fiqhi dan argumen ilmiah. Argumen fiqhi ini termuat beberapa dalil dalam ayat Al-Qur’an, diantaranya: QS. Yunus ayat 5, QS.
Al-Isra’ ayat 12, QS. Ar-Rahman ayat 5, QS. Az-Zumar ayat 5, QS. Yasin ayat
37-40, QS. Yunus ayat 101, QS. Al Ghasyiah ayat 17-20, dan QS. Al-Baqarah ayat
185
Dari keseluruhan ayat ini memberikan isyarat aplikasi nalar
astronomis dalam penentuan awal bulan Hijriyah. Kemudian, argumen ilmiah
tergolong ada tiga macam cara, yaitu observasi, bersifat preskriptif dan bersifat
tentatif. Adapun kelebihan dari menggunakan metode hisab menurut pemateri
adalah hisab bersifat tidak asumtif atau bersifat aktif, dan juga tidak
dipengaruhi cuaca. Sedangkan kelemahannya adalah tidak adanya observasi atau
pengamatan baik dengan alat maupun dengan mata telanjang.
Adapun kajian ini diselenggarakan karena masih sedikit sekali kajian yang membahas
tentang metode hisab baik di lingkungan kampus, fakultas, dan juga di internal
IMM sendiri yang merupakan ortom dari Muhammadiyah, di mana Muhammadiyah dalam
menentukan awal bulan Hijriyah selalu menggunakan metode Hisab. Kemudian, kajian ini diadakan juga untuk dapat
memberikan wawasan kepada immawan dan immawati agar mengetahui mengapa
Muhammadiyah dalam menentukan awal bulan hijriyah itu menggunakan metode hisab
Author : Muhammad Rifky Akbar Sahrul (Anggota Bidang Tabligh dan
Kajian KeIslaman PK IMM Leviathan)
Editor: Auni H. (RPK Korkom IMM UINSA)