Keadilan? Masih Jauhkah?
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adil adalah sama
berat; tidak berat sebelah; tidak memihak. Namun, terdapat perbedaan antara definisi adil dan keadilan. Mengapa? mari simak gambar di bawah ini.
Dari gambar di atas bahwasanya
keadilan dan adil itu beda. Allah memberi kita hati nurani untuk menilainya
dan otak untuk berpikir kemudian bertindak. Dalam Al-Qur'an pun Allah
sudah memperingatkan kita untuk berlaku adil.
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sesungguhnya Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”(Q.S An-Nisa: 58)
Ada banyak kasus keadilan yang masih menjadi ‘borok’ di hegara kita, seperti kasus yang ramai ini terjadiyaitu #percumalaporpolisi. Tagar #PercumaLaporPolisi tetap bertahan di hari-hari berkutnya seiring dengan ketidakadilan yang dirasakan masyarakat saat berurusan dengan polisi.
Kasus-kasus yang menunjukkan ketidakadilan tersebut di antaranya ialah seorang pedagang pasar yang menjadi tersangka setelah dipalak preman dan seorang kakek yang ditahan karena membacok pencuri yang mencoba menyetrumnya.
Bahkan, ada isu yang diungkapkan oleh netizen bahwa polisi cuma mau mengurus kasusnya orang berduit. Ya begitulah kehidupan, kalau kita mengingat kata Patrick star “Hidup ini memang tidak adil, maka biasakan dirimu”. Maka rasa tidak adil ini adalah latihan bahwa dunia ini sementara dan Allah adalah hakim seadil-adilnya.
Loh, tapi kan kita harus memerangi rasa tidak adil, karena perintah Allah. Masih ada kok orang orang adil lagi punya rasa keadilan. Tapi kan mereka gak masuk jajaran pemerintahan. Bener sih masih ada, tapi masih bisa terhitung. Emang pas waktu pesta demokrasi gak pakek politik uang? Pakek lah, dan ini lah yang menjadi inti permasalahan. Politik uang dan balas budi, xixi.
Dari mana semua ini berasal? Ya dari miniatur Negara lah darimana lagi wkwk. Kalau mau buat sebuah rumah kan yang dilihat kan yang ada di kertas proyek,kertas proyek itulah yang menjadi acuan pondasi rumah
Soe Hok Gie pernah berkata “Masih terlalu banyak mahasiswa yang bermental sok kuasa. Merintih kalau ditekan,tetapi menindas kalau berkuasa. Mementingkan golongan ormas, teman seideologi, dan lain-lain. Setiap tahun datang adik adi saya dari sekolah menengah. Mereka akan menjadi korban2 baru untuk ditipu oleh tokoh-tokoh mahasiswa semacam tadi.”
Menyimak kata Soe Hok Gie tersebut timbul pertanyaan, apakah pemerintah 100% salah? Saya rasa tidak, sebab di sisi lain dapat kita amati kelakuan mahasiswa yang seperti itu. Mahasiswa yang memiliki rasa keadilan dan selalu berpikir positif bagi kemajuan mahasiswa, malah tidak ikut apa-apa, alias menjadi kupu-kupu. Saya juga tidak paham mengapa ini terjadi, tapi yasudahlah namanya juga pilihan.
Saya merasa sok idealis dengan mengatakan bahwa mahasiswa demo untuk kepentingan orang banyak, padahal pak Mahfud pernah berkata, “ mahasiswa demo saat ini tidak realistis dan rencana yang matang". Dulunya saya pikir bahawasanya itu adalah omong kosong yang diucapkan para pendemo, nyatanya itu benar.
Demo yang terjadi bahkan digunakan sebagai saran pengalih isu. namun juga sebagai ajang berpolitik antar mahasiswa wkwk, idealis ketampar realistis, tapi gapapa setiap manusia pasti memiliki sesi idealis, nanti juga realistis sendiri
Kalau kita belajar sejarah atau mencari rekam jejak dari sebagian politikus, maka kita akan menemukan banyak dari kalangan pejabat yang dulunya adalah aktivis yang berada di barisan depan saat demo berlangsung yang bicara seolah rakyat yang paling penting, sehingga ada meme yang mengatakan “dulu ku mendemo, sekarang aku didemo” buatan Khanabi Alwi mahasiswa UIN di Surabaya. Saya rasa meme itu adalah sebuah tamparan bahwa tidak semua aktivis adalah orang yang baik kedepanya
Mulai dari memalsukan nota, korupsi dana adik-adiknya yang berujung minus yang menjadikan mahasiswa kampus ini berlatih untuk menjadi koruptor dan memperburuk hati nurani serta menambah kegelapan pada rasa keadilan. Ironis, tapi itu realita
Hal ini berdampak apabila mahasiswa yang seperti tadi masuk dalam jajaran pemerintahan lewat orang dalam, yang bisa masuk tanpa adanya skill yang memadai, dan malah menjadi beban bagi honorer yang masuk dengan kerja keras tapi malah tidak masuk dalam jajaran pemerintahan.
Ya seperti inilah kehidupan, semua terasa tidak adil, maka solusinya adalah kita harus belajar dengan tekun agar bisa mengubah kultur menjadi lebih baik.
Author: Hasril Ahmad (Kader Al-Kindi)
Editor: Auni H. (RPK Korkom IMM UINSA)
Thumbnail: Unsplash/Philippe Oursel
-Note: tulisan lomba milad IMM