Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Manusia yang Terlena Kehidupan Dunia

Manusia bertebaran dimana-mana, mereka mencari apa yang membuat bahagia kemudian mereka mengumpulkan cerita untuk diutarakan kata-kata. "Ampunilah dosa kami ya Allah, kami adalah manusia berdosa yang sering terlena." 

Dosa kami begitu banyak dan begitu berat untuk ditanggung, sesungguhnya engkau Maha Pengampun dan Maha Pengasih. "Manusia sering tidak memperhatikan kotornya hati dan sikapnya, lantas mereka mempermasalahkan kotornya manusia lain dengan cukup melihatnya semata. Manusia menggunakan akal dan ilmunya untuk menggerakkan senjata tajam tak bertulang yaitu lidah untuk menyakiti serta menggores hati antar sesama." 

Kita bisa membaca dan menulis bahkan kita bisa membuat rangkaian cerita, dengan merasa aman dan nyaman semua manusia menganggap hidup ini adalah rasa bahagia. Tak terlihat tapi nyata, bahwa dunia ini dipenuhi isi permasalahan-permasalahan manusia hanya karena berbeda ajaran dan tuntunan pada jalan hidupnya. Ingatlah semuanya, zaman sekarang agama dianggap sesuatu yang kuno. 

Segala bentuk kepuasan yang mereka dambakan merupakan keutamaan, sampai akhirnya mereka sengaja meninggalkan kewajiban sholat dengan mudahnya mereka lewati kala kesibukan duniawi telah menghampiri. Membaca kitab suci menjadi pandangan yang langka pada kalangan pemuda, itu karena mereka hari-harinya dihabiskan untuk melihat layar kotak yang menempel di tangannya.

Kita sebagai manusia punya harapan hidup bahagia dan sejahtera tapi kita merasa tak apa-apa ketika tidak datang menyembah dan berdoa pada Allah Sang Maha Pemberi dan Pencipta. Kebutuhan duniawi memang sangatlah menumpuk, membebani bahkan semuanya harus terpenuhi. Uang untuk makan, uang jembatan menuntut ilmu, uang untuk menutup raga yang berisi daging dan tulang, lalu kembali lagi pada diri manusia, akal sehat dan raga untuk banting tulang demi mengumpulkan uang. 

Di balik itu semua juga perlu waktu, siang hingga malam menghabiskan hidupnya karena tuntutan dunia tanpa menghiraukan ibadah pada Tuhannya. Orang-orang yang mendengar surga akan tersenyum sambil terbuka hatinya lalu ketika mendengar neraka mereka takut hingga mengalihkan pandangannya. Namun orang-orang yang berharap memasuki surga lebih dahulu menginginkan kaya dan sejahtera di dunia, sedangkan ingatannya pada urusan ukhrowinya tak diletakkan pada hatinya. 

Manusia itu makhluk yang diciptakan Allah dengan wujud sempurna dan sebaik baiknya, memiliki akal dan perasaan pada setiap jiwa raganya. Namun tidak semua manusia mencerminkan kesempurnaan dirinya. Ia punya hati untuk mencintai, tapi ia tidak mencintai Allah sebagai penciptanya dan tidak mengikuti ajaran nabi Muhammad sebagai panutannya. Itu sebabnya sangat banyak manusia yang mendambakan pujaan hati dan yang mereka ikuti adalah nafsu kepada pujaan hatinya. 

Sadarlah wahai manusia, kita bukan apa-apa tanpa kehendak Sang Pencipta Allah SWT. Takdir kita sebagai manusia sudah dianugerahkan dengan bentuk sebaik baiknya, bahkan kita mampu bertemu antara sesama manusia itu karena nikmat yang diberikan Allah kepada kita sebagai manusia. Jantung yang berdetak, kaki yang selaras untuk melangkah, tangan yang kuat untuk memikul, nafas yang berhembus, mata melihat semua yang ada, telinga yang mendengar berbagai suara, dan lidah yang menikmati macam macam rasa. 

Sedemikian rupa wujud kasih sayang Allah pada setiap manusia, memberikan segalanya tanpa syarat dan harga. Setiap manusia memiliki takdir yang berbeda dengan tempo waktu dan keadaan yang tak pernah terduga. Suatu saat semua pemberian dari Allah akan sirna, entah itu terjadi pada malapetaka, bencana, ataupun maut dengan sendirinya. 

Dan yang perlu untuk dipersiapkan adalah iman dan amalan kebaikan kita, tanpa iman manusia menjadi makhluk lemah yang hatinya dikuasai oleh nafsu dan angkara murka, manusia saat ini yang raganya masih mampu belum tentu sampai pada titik rentan usia, karena bisa kapan saja dan dimana saja malaikat maut mendatanginya dengan keadaan ia sedang melakukan kebiasaannya. 

Di luar kesadaran kita dan saudara-saudara kita terlena, memikirkan hidup enak di dunia tapi lupa bagaimana caranya mati husnul khotimah ketika Yang Maha Kuasa Memanggil. Dalam kesehariannya kita bahkan sering melupakan asma-Nya, Allah Sang Maha Pemilik dan Penguasa Semesta. Do'a, dzikir, dan taubat sering kali tak terucap meski kita sedang melakukan sholat, itu pun sebab gelapnya hati kita sendiri yang seolah-olah tak butuh itu semua. 

Mungkin sekarang kita masih memiliki kesempatan, tapi besok bisa tidak memungkinkan kita ada pada dunia, marilah untuk sholat sebagai bukti bahwa kita masih punya harapan dan tempat bergantung pada-Nya. Jangan lupa pula sempatkan waktu membaca kitab suci dengan isi kebenaran dari segalanya yang akan menerangkan jalan hidup kita.

Lisan pun jagalah jangan sampai terpeleset kata-kata tentang aib dan sayatan luka, maka ucapkanlah dzikir. Merasalah tanggungan maksiat terlampau banyak agar kita senantiasa berdoa dan bertaubat kepada Allah agar menghapus serta mengampuni diri kita.

Author: Naufal Zaidan (Kader IMM Ushuluddin dan Filsafat)
Editor: Auni H. (RPK Korkom IMM UINSA)
Thumbnail: Unsplash/Gadiel Lazcano
-Note: Tulisan lomba milad IMM
Redaksi IMM UINSA
Redaksi IMM UINSA Tim Redaksi RPK KOORKOM IMM UINSA