Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Delapan Kata-Kata; Kumpulan Sajak Mencari Rasa

Designed with: Canva


Penulis: Habib Muzaki (Ketua Bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan Koorkom IMM UINSA)

 

-Puisi ini kami dedikasikan untuk seluruh kader IMM UINSA dan untuk ia yang melihat kami dari kejauhan.

 

Delapan Kata-Kata

 

Pendidikan sebagai kata kunci

Menghidupi mimpi-mimpi untuk merdeka atau harga mati

Maka dari lubuk nurani, mereka hadirkan Al-Farabi

Komisariat yang kini dan nanti, menghimpun nalar candrawati

Dari mereka ilmu diberi, dari mereka peradaban baru menanti

 

Kata mereka, menjadi pengajar itu bentuk mengabdi

Maka gerakannya adalah berbagi dan menjadi. Lumbung tarbiyah,

yang siap tuk tak dikenang dalam sejarah

Karena mereka berupaya ikhlas sumbangkan nafas, beserta

jasa-jasa yang tak akan pernah bisa terbalas. Amanah ini sebagai tugas,

membebaskan dari jerat-jerat yang membekas

Al-Farabi dalam ikatan. Sebagai rumah besar pengkaderan

 

***

 

Namun, nafas ikatan tak berhenti di situ

Aturan-aturan sebagai pedoman, mereka adakan Leviathan

Kritisi sebuah taman yang berisi gantungan,

cambuk badan, potong tangan, maupun apa-apa hukum kematian

Mereka gaungkan paradigma yang lebih berkemajuan. Bahwa syariah,

tak selalu hukuman. Ia adalah keselamatan

Hidup-mati bersama panduan para nabi

 

Tidak hanya itu,

komisariat ini adalah konsistensi

untuk mencetak calon-calon pemimpin besar

Bertengkar dalam lapar, bertukar pikiran segar

Hukum yang disulap tangan-tangan transparan,

mereka adakan gugatan menuju pencerahan

Leviathan berkemajuan, untuk umat seribu zaman

 

***

 

Zaman-zaman yang penuh arti

ditulis dengan tinta-tinta suci berusaha abadi.

Maka, hadirlah komisariat Al-Kindi. Sebagai tinta,

yang tak pernah habis tuk menggali khazanah

dari ziarah atas lembar-lembar sejarah

Tentang Islam sebagai seribu cahaya di tengah gelap mayapadaya,

atau tentang abad pertengahan yang berisikan ramalan-ramalan,

maupun legenda sakral dari pinggiran nalar tradisional

 

Mereka abadikan tradisi dalam aksara

Rawat cerita sebagai perantara. Pengantar, melintasi masa lalu

Sebagai gerakan yang tak hanya ingin berlalu

Kupu-kupu yang abadi dalam prasasti, kutu buku pencipta narasi

Mereka adalah pencatat sejarah, dan siap menciptakan sejarah

Mereka Al-Kindi, yang tak sudi mati hari ini

 

***

 

Mati dan hidup, menghidupi akal budi

Menggali kejayaan lama, mereka pilih Ibnu Rusyd sebagai nama

Ibnu Rusyd sang pemberani, kritik Imam Ghazali dalam Tahafut at-Tahafut

Ibnu Rusyd sebagai komisariat, kritik nurani yang hanya ditulis dalam diksi-diksi

Menggugat gerakan palsu yang dibalut topeng abu-abu

Menolak bisu melihat umat berseteru

 

Sebagai gerakan dakwah, tak pernah bosan berkiprah

Berlelah-lelah memikul amanah, berdarah-darah untuk berbenah,

merawat benang merah, ciptakan rumah yang megah,

semerah kardinal yang dihiasi marwah. Dimana kader singgah,

menghayati resah bersama seribu malam yang beribadah

Implementasi dalam setiap irama aksi

membagikan lembaran-lembaran akademisi,

dan gerakan yang siap menghidupi

Ibnu Rusyd penuh cinta, siap mencerahkan semesta

 

***

 

Semesta-semesta yang penuh tabir makna

Hadirkan ragam pemikiran dalam seribu zaman, yang harus

disingkap untuk kemudian kita mengambil sikap. Dan, mereka lahir

dari mata pisau yang membelah tabir

Komisariat Ushuluddin dan Filsafat, tumbuh sebagai nyanyian akal sehat

Tawarkan gerakan yang dirawat dalam sepi mempertanyakan akal budi

Nalar yang senantiasa ditampar oleh fakta bahwa membaca itu hambar

Siang-malam mencari sampai ke akar. Sesekali terkapar,

bersama isi otak yang senantiasa lapar

 

Komisariat ini, visinya mencetak para pemberontak

Keluar dari sebuah kotak, untuk

meracik pikiran-pikiran yang menggertak. Kepada mereka pemilik kemapanan,

beserta para pencari serpihan-serpihan kekuasaan

Berpikir, bertuhan, melawan, ini komisariat perlawanan

Ushuluddin dan Filsafat, motor pembaharuan menolak taat

 

***

 

Taat-taat yang diberikan kepada para penguasa,

kepada para pemodal dan kepada para ahli agama

Mereka mempertanyakan kenapa? Maka lahirlah Avempace sebagai niscaya

Asa-asa manusia dalam semesta. Mengapa jiwa hancur seketika, mengapa sedih,

menjadi warna, mengapa rasa senang bisa berbahaya? Mereka pertanyakan

lekat-lekat, dengan apa transformasi menghancurkan sekat. Mereka amati dekat-dekat,

mengapa mendengar itu berat. Mereka suarakan kesehatan mental,

kami dengarkan suara kader-kader fenomenal

 

Tapi, Avempace tidak semudah rindu,

yang datang pergi-lantas berlalu. Komisariat ini adalah hidup dan mati,

menghidupi mimpi untuk berdiri di atas kaki sendiri

Mereka tidak akan pernah mudah untuk dihancurkan oleh sebuah ombak

Karena mereka tanamkan keyakinan dengan tegak

Angin kencang menghadang, tapi mereka suarakan yakin dengan lantang

Avempace dalam tantangan, terdepan menantang zaman

 

***

 

Zaman ini, zamannya modal dan kapital

Ekonomi Islam dipertanyakan kapan? Untuk itu FEBI dilahirkan

Dibanjiri pertanyaan tentang siapa aktor di belakang layar

Serta mengapa syariah menjamur dimana-mana. Ekonomi Islam

menawarkan diri sebagai alternatif, di tengah kebuntuan gagasan kapitalis

yang dipandang non-humanis

 

Keadilan sosial diminta para proletar,

dari kaum borjuis yang tidur mendengkur di atas empuk kasur. Kaum pinggiran

menjaga hasrat untuk makan. Harga-harga naik tak terhindarkan. Kelas menengah

berbelanja barang-barang mewah. Produksi dalam negeri masih kurang diminati

Barang mentah pantang diekspor, barang murah masih diimpor

Resesi menjadi hantu investasi, inflasi menurunkan daya beli

Kaum muda dengan kultur konsumsi. Lantas siapa yang memproduksi?

 

Semua pertanyaan ini, dibebankan kepada FEBI

sebagai komisariat yang upayakan kontribusi

Tuk membawakan gagasan dari para cendekiawan

yang terpisah-pisah oleh kepentingan, tersebar di tahun-tahun kejayaan

FEBI lumbung gagasan, sebagai jawaban masa depan

 

***

 

Masa depan kita, pertaruhkan ideologi gerakan

Dalam zaman seribu kecanggihan dan seribu tantangan

Komisariat Saintek muncul ke permukaan. Dihadapkan

kemudahan, keterlenaan, dan peluang kemajuan

Lapangan pekerjaan yang digantikan, suara-suara pembebasan menggema

dari tanah dan lahan yang dirampas oleh kepentingan.

 

Perusahaan-perusahaan,

berlomba-lomba ciptakan penemuan, angka statistik ungkap penindasan

Kekacauan berkedok pembaharuan, warga lokal pertahankan

tradisi dan keyakinan. Lantas, kita harus apa? Di tengah dunia dalam data,

banjir informasi dimana-mana. Maka, untuk itulah Saintek ada

Ketika sains dan teknologi dipuja di sana-sini, dan kemajuan ciptakan dehumanisasi

Ideologi kita ditantang, oleh laju zaman yang terbentang

Saintek baru berdiri, kita lihat lima tahun nanti

 

***

 

Dan, sebagai puncak pengabdian, kami melebur dari delapan ikatan

Mencipta satu visi, mewarnai diskusi. Ideologi kita maknai, aksi nyata harga mati

Kami, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah UIN Sunan Ampel Surabaya

Deklarasikan diri sebagai kata-kata, yang menolak diam melihat ketimpangan,

menolak menyerah sebelum susah payah, menolak mati sebelum memberi arti

Merawat rumah ikatan, membangun produk gerakan. Bersama lahirkan wacana,

berkarya mencari makna

 

Surabaya, 11 Desember 2022 – dibacakan pada saat Pelantikan Bersama dan Diskusi Panel IMM UINSA Periode 2022-2023.