Muhasabah di Balik Musibah
![]() |
Kajian yang diadakan PK IMM Leviathan pada 14/12/22 dengan tema "Muhasabah di Balik Musibah" |
Penulis:
Ma'rifatul Ilmiyah (Sekertaris Bidang Tabligh IMM Leviathan)
Manusia adalah
salah satu makhluk Allah
yang paling sempurna yang telah diciptakan dengan akal dan bentuk yang paling
sempurna. Namun terkadang hal inilah
yang menjadikan manusia lalai akan penciptanya.
Akhir-akhir ini
banyak sekali bencana bencana alam yang terjadi di Indonesia. Misalnya gempa
bumi di Cinajur, erupsi Semeru dan masih banyak lagi yang terhjadi di luaran
sana. Hal ini merupakan suatu
musibah dari Allah
supaya kita senantiasa menjaga dan melestarikan alam. Hal ini senada dalam kajian kemarin sore yang dilangsungkan
oleh PK IMM Leviathan dengan pemateri
yang sangat hebat. Beliau memparkan materi
mengenai muhasabah di balik musibah.
Nah, apasih musibah itu khusus
untuk bencana alam saja?
Dalam Tafsir Jalalain
disebutkan musibah artinya bala’
yang artinya bencana.
Musibah adalah segala sesuatu yang menimpa manusia baik kecil maupaun besar yang
dapat merugikan kaum mukmin.
Dalam Alquran surat al-Baqarah ayat 155-157 yang
artinya, “Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada
orang-orang yang sabar. Yaitu orang orang yang apabila
ditimpa musibah mereka berkata Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un (sesungguhnya
kami milik allah dan hanya kepadanyalah kami kembali. Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari
Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Dari ayat di atas, dapat kita simpulkan
bahwa semua musibah yang diberikan Allah
adalah sebagai salah satu bentuk ujian kepada hambanya agar senantiasa sabar dalam
menghadapi segala cobaan.
Setiap
musibah yang Allah
berikan kepada hambaya supaya senantiasa ia memohon
ampun kepada Allah
dan selalu berbuat kebaikan kepada sesama.
Musibah sebenarnya
mempunyai makna yang sangat
luas bukan hanya tentang bencana alam, sesuatu yang dapat merugikan kaum mukmin
dapat juga disebut sebagai bencana.
Namun di setiap ujian yang diberikan oleh Allah kepada umatnya sehingga membuat
hambanya merasa sedih, mengeluh, kesusahan merupakan cara Allah untuk menegur
hambanya supaya senantiasa mengingat kembali kepada sang pencipta.
Dari rasa sedih kekcewaan
yang dirasakan manusia tadi, Allah akan menghapus dosa-dosanya. Jika seorang
manusia meminta ampunan pada Allah dan kembali bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Semua musibah yang
terjadi di alam semesta ini adalah semua atas izin dari Allah sebagaimana dalam
Q.S al-Ankabut ayat 1-3 yang telah menjelaskan bahwa, “Tidak ada ujian selain
dai izin Allah”.
Musibah atau ujian
dari Allah terbagi menjadi dua:
Pertama, sebab perbuatan manusia
sendiri atau wasilah, ujian ini merupakan suatu hubungan timbal balik
antara alam dengan manusia. Seperti yang kita ketahui, manusia di luar sana
banyak yang merusak alam ini dengan semena-semena. Mereka menebang hutan dengan
sembarangan untuk dijual hasil kayunya, menangkap ikan dengan menggunakan pukat
harimau dan masih banyak lagi kerusakan yang diperbuat manusia hanya untuk
memperleh kenikmatan di dunia yang fana ini. Sehingga terjadi banjir, gempa
bumi, longsor karena mereka tidak sadar bahwa mereka telah membuat kerusakan yang
akan merugikan diri mereka sendiri.
Kedua,
ujian keimanan, yaitu sebuah ujian yang langsung datang dari Allah. Dalam Makaarim
Al-Akhlaq, ada sebuah hadits yang berbunyi, “Setiap mukmin dihadapkan pada
lima ujian : mukmin yang menghasudnya, munafik yang membencinya, kafir yang
memeranginya, nafsu yang menentang dan setan yang selalu menyesatkannya”.
Lalu mengapa Allah
senantiasa menguji hambanya yang beriman?
Hal
ini tidak luput dari apa yang telah Allah rencanakan, yaitu untuk menguji
kesabaran dari hambanya. Fungsi
ujian bagi orang yang beriman dalah sebagai penghapus dosa dan muncul kebaikan
setelahnya.
Musibah
terbesar adalah lalai,
sebagimana dijelaskan oleh
pemateri dengan mengutip mahfudhot sebagai berikut:
إضاعةُ الوقت أشدُّ من الموت ؛ لأنَّ إضاعة الوقت تقطعك عن الله والدار الآخرة، والموتُ يقطعك عن الدنيا وأهلها
Artinya: “Menyia-nyiakan waktu lebih berbahaya dari kematian, karena menyia-nyiakan waktu akan memutuskanmu dari Allah dan negeri akhirat, sedangkan kematian hanya memutuskan dirimu dari dunia dan penduduknya”
Sungguh
sangat berharganya waktu yang telah Allah berikan kepada kita semua. Maka
sibukanlah diri kita dengan hal hal yang positif dan bermanfaat supaya tidak ada
penyesalan di hari kemudian.
Jangan
sampai kita seperti orang orang yang lupa kepada Allah,
sehingga Allah mejadikan mereka lupa akan diri mereka sendiri. Sedangkan kekuasaan manusia hanyalah terbatas namun tekadang manusia
merasa ingin menguasai dunia ini sebab tipu daya dunia yang fana ini.
Dengan
demikian banyaknya musibah atau ujian yang telah Allah berikan kepada manusia,
maka hendaklah kita bermuhasabah kepada Allah, dengan cara mengevaluasi dan
membersihkan diri dari kesalahan kesalahan yang telah diperbuat. Termasuk dengan memperhatikan niat dan
tujuan suatu perbuatan yang dilakukan, serta meghitung untung dan rugi suatu
perbuatan.