Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kita Bisa Walaupun Belum Bergelar Sarjana

Sumber: Merdeka.com


Penulis: Naufal Zaidan (Sekretaris Bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan IMM Ibnu Rusyd)

 

Kebanyakan orang tua mengatakan pada putra putrinya, kalau kuliah itu kesempatan berharga. Harapan banyak keluarga tentu ingin generasi penerusnya lebih baik daripada mereka.

Maka dari itu, banyak orang tua rela mengeluarkan biaya dan tenaga demi mengantarkan putra-putrinya ke jenjang pendidikan yang tinggi, dengan harapan agar putra putrinya bisa merubah nasib keluarga beserta lingkungannya. Sebuah hal yang dinantikan oleh keluarga dari anaknya yang menempuh bangku kuliah tentunya gelar sarjana.

Mahasiswa sudah tahu kalau tujuan sekaligus hasil dari bertahun berkecimpung di kampus mengenyam pendidikan yakni mencapai gelar sarjana, wujudnya selempang bertuliskan nama dan toga.

Namun masing-masing dari kita pasti punya jalan hidup sendiri untuk menempuh masa kuliah itu. Pilihan yang kita jalani, pikiran yang kita terapkan, prinsip yang kita pegang, itu semua adalah hak kita sebagai mahasiswa.

Usaha masing-masing mahasiswa juga tergantung apa maunya. Kebanyakan memang orang tua yang menanggung biaya, anaknya yang punya hak melakukan kemauannya.

Teruntuk orang tua dan para mahasiswa, apakah pencapaian di dunia kuliah itu hanyalah gelar sarjana?

Sama sekali tidak benar, kuliah itu bukan jalan menemukan keberhasilan dengan proses linear. Kuliah itu bukan sekedar waktu belajar untuk datang ke kampus atau ke kelas. Masa kuliah pun tidak hanya sebatas lingkungan yang berubah, mulai dari tempat hingga teman yang berbeda dari apa yang kita temui sebelumnya.

Kuliah dengan rutinitas masuk kelas, kemudian mengerjakan tugas merupakan contoh sebagian mahasiswa yang memiliki kemauan terbatas, mungkin saja nilai dan tugas yang jadi prioritas ataupun segala materi di kelas tak rela jika ditinggal.

Kuliah itu rangkaian waktu, tempat, dan relasi yang luas, pengetahuan tidak hanya bisa kita peroleh dari kelas. Sosok-sosok yang membimbing kita bukan sepenuhnya para dosen, begitu pula nilai yang kita dapatkan bisa berasal dari mana saja. Akan selalu ada orang yang kita temui hingga kita kenal dari berbagai latar belakang hingga karakter yang berbeda.

Karena itulah, ada alasan mengapa kesempatan pada masa kuliah itu aset untuk merajut sebanyak banyaknya pengalaman. Tapi sayangnya tidak semua mahasiswa punya kemauan untuk mencari dan membuat pengalaman pada masa kuliahnya.

Sesungguhnya pencapaian selama menjadi mahasiswa itu tidak terpaku pada nilai bagus, IPK yang tinggi, apalagi gelar yang tersemat setelah menuntaskan tugas akhir. Tapi kenyataan itulah yang orang tua anggap membahagiakan serta menjunjung nama baik keluarga.

Menjadi mahsiswa tidak perlu menunggu perolehan gelar sarjana sebagai bukti pencapaian maupun pengakuan. Kita yang sedang berada di tengah masa perkuliahan juga punya peluang untuk membuktikan bahwa diri ini sanggup mendapatkan pengakuan dan memetik sebuah pencapaian yang dapat dibanggakan oleh orang orang di sekitar.

Ada berbagai hal yang perlu kita coba, dunia perkuliahan terasa begitu sempit bila kita hanya datang dan berkecimpung ke kelas lalu pulang dengan alasan mengerjakan tugas.

Dunia kampus punya beragam organisasi, komunitas, kepanitiaan, ajang kompetisi, hingga kegitan pengabdian. Sedangkan kita juga punya pilihan mau ikut yang mana dan mau jadi apa nantinya

Apapun perkumpulan yang kita masuki di situ pula pasti mendapat relasi, sesibuknya aktvitas di luar kelas merupakan proses bagi kita untuk dapat menjadi pengalaman dan cerita

Berbagai hal yang kita perbuat tentu jadi pelajaran sehingga kita tahu tentang bagaimana menjalani lika-liku serta proses selama menjadi mahasiswa yang tidak hanya belajar di kelas tapi juga aktif membangun keterampilan dan merubah diri demi mengemban tanggung jawab.

Kita bisa meraih gelar tanpa harus menunggu sarjana dan kita bisa punya jabatan yang diakui meski kita belum memasuki dunia kerja.

Jika mahasiswa punya jiwa pemimpin, tidak menutup kemungkinan bila akan mendapat penyerahan jabatan selaku sosok teladan, seperti ketua organisasi himpunan mahasiswa maupun badan eksekutif mahasiswa.

Begitupun jika mahasiswa punya rasa percaya diri dan terampil, tidak ada salahnya kalau menjadi sosok duta sebagai represntatif universitas maupun fakultas yang tentu memiliki gelar yang menjadi sebuah kebanggaan dan pengakuan.

Selagi ada peluang, libatkan saja diri ini pada ajang kompetisi. Bersaing selama menjadi mahasiswa itu penting guna menunjukkan kemampuan diri sendiri sekaligus upaya membentuk kualitas diri melalui pengalaman.

Itulah alasan kita bisa menjadi sosok mahasiswa dengan ragam status serta kepemilikan jabatan sebagai bukti pencapaian sebelum kita bergelar sarjana.

Selebihnya mahasiswa bisa menemukan berbagai peluang untuk menyumbang kontribusi melauli apapun kemampuan yang dimiliki hingga siap bekerja dan mempertanggung jawabkan kepentingan bersama tanpa mengharapkan imbalan sedikitpun.

Status mahasiwa bukanlah status tunggal yang tertera di sebuah kartu identitas. Melainkan status mahasiswa adalah peran dinamisnya yang bisa jadi pemikir, pekerja, maupun citra inspirasi sebagai pembuktian bahwa kita ini golongan yang sanggup jadi pelopor perubahan yang menerima segala bentuk amanah.

Jika kita mahasiswa punya daya maka tidak cukup bagi kita untuk memperjuangkan nilai mata kuliah. Mahasiswa yang punya daya itu mereka yang belum bergelar sarjana tapi mampu berperan melaksanakan tugas dari siapa saja dan dari mana saja.

Mereka pula yang menantang keadaan dengan mengatur waktu antara belajar dan berkontribusi sekaligus pelangsung yang bergerak dengan kesadaran atas apa yang dipilihnya.

 

 

 

Redaksi IMM UINSA
Redaksi IMM UINSA Tim Redaksi RPK KOORKOM IMM UINSA