Korelasi Viralitas, Perkembangan Zaman, dan Pola Pikir Manusia
![]() |
Sumber: Pixabay.com |
Penulis:
Irgy Al Hafidz (Kader IMM Avempace)
Seiring berkembangnya zaman, kita banyak disuguhkan
dengan fenomena-fenomena yang terbaru tentang perkembangan zaman. Impact dari perkembangan zaman terjadi
kepada siapa yang mengendalikannya. Salah satunya ialah generasi muda.
Perkembangan zaman di bidang teknologi sudah merambah
luas. Bahkan sampai ke kalangan anak usia dini. Menurut
Hindustan Times, mereka yang bergabung dengan media sosial sebagai anak-anak
ketika berusia 10 tahun atau lebih muda, menunjukkan kecenderungan yang lebih
besar untuk terlibat dalam perilaku komunitas online yang mendukung atau terlibat secara sosial.
Hal itu mungkin terjadi karena sejak usia muda mereka
diperkenalkan dengan potensi positif dan negatif dari media sosial. Jadi dapat
disimpulkan bahwa sosial media merupakan tempat yang tidak cocok untuk dimasuki
oleh anak usia dini.
Orang tua pun harus bisa menjaga anaknya agar tidak
terikuti oleh zaman yang sudah berkembang. Banyak hal yang tidak baik diajarkan
di perkembangan zaman ini. Dimana semakin berkembang zaman ini akan membuat
peredaran informasi semakin cepat dan semakin tidak bisa dikontrol. Dengan
demikian perkembangan zaman di bidang teknologi berdampak besar untuk kemajuan
bangsa yang kita cintai ini.
Ngomong-ngomong tentang perkembangan zaman di bidang
teknologi, akhir-akhir ini kita tidak asing dengan yang namanya viral. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, kata viral adalah berkenaan dengan virus atau
bersifat menyebar luas dan cepat seperti virus.
Kita tidak akan tahu apa yang telah terjadi belakangan
ini dengan cepat jika peristiwa itu tidak viral. Proses viral tidak lepas
dengan yang namanya popularitas yang tinggi. Semakin banyak tingkat popularitas
seseorang dengan fenomena tersebut, semakin cepat terkenal atau viral.
Tetapi kata viral banyak disalahgunakan oleh generasi
muda untuk mendapat pengakuan atau popularitas. Demi mendapatkan followers atau mendapatkan banjir like, mereka rela menjual harga diri
mereka.
Sejalan dengan hal itu penulis teringat kata-kata
sesepuh Islam Jawa, yakni Sunan Kalijaga dalam podcast Gita Wirjawan dan Fahruddin Faiz. “Angeli ananging ora keli,” artinya mengalir tapi tidak tenggelam.
Kita boleh mengikuti perkembangan zaman, tapi jangan
sampai terhanyut atau tenggelam dalam arus perkembangan zaman. Fahruddin Faiz menambahkan bahwa hanya ikan mati yang ikut arus.
Berkenaan dengan hal ini, hakikat hidup ialah sebuah
perjuangan yang harus kita perjuangkan. Dengan effort yang telah dilalui, menjadikan sebuah pengalaman yang kelak
akan menjadi kunci kesuksesan kita.
Lantas muncul pertanyaan dalam diri, “Apakah kita
harus sukses?”
Banyak variabel tentang arti sebuah kesuksesan. Menurut
Bill Gates, sukses adalah guru yang payah. Kesuksesan
mendorong orang-orang cerdas untuk berpikir bahwa dirinya tak akan pernah
kalah.
Karunia terbaik yang
diberikan Tuhan untuk kita adalah akal budi. Maka, kita harus mengfungsikan
akal budi dengan baik. Dengan demikian, kita sama saja menghargai apa yang
telah diberikan Tuhan dengan berpikir.
Senada dengan hal tadi,
penulis teringat sebuah diktum yang diucapkan oleh Ketua Umum Koorkom Periode
2021-2022 saat acara Pelantikan IMM UIN Sunan Ampel Surabaya beberapa waktu
silam.
Diktum itu berasal dari
RenĂ© Descartes yakni, “Cogito ergo sum” yang artinya, “Aku berpikir
maka aku ada.” Menurut penulis, berpikir adalah sebuah pembeda antara manusia
dengan non manusia.
Berpikir juga berguna
untuk survive di dunia ini. Jika
hewan itu berpikir hanya untuk makan saja, manusia juga harus lebih baik dari
pola pikir hewan. Jika hewan berpikir untuk makan, maka manusia harus berpikir
bagaimana melipatgandakan makanan.
Secara tidak kita
sadari, dengan berpikir kita telah merangkai sebuah peradaban yang kelak akan
dinikmati anak cucu kita. Jika kita sekarang acuh dengan sebuah isu, katakanlah
isu global warming, kelak kita akan
meninggalkan peradaban yang acuh dengan global
warming.
Penulis mengambil satu
sampel yakni membuang sampah sembarangan. Dengan apa yang telah kita lakukan, akan
ber-impact buruk untuk generasi
penerus kita. Jika kita sekarang di suguhkan dengan fenomena Jakarta banjir,
kelak akan menjadi sebuah problem
yang menular di daerah-daerah yang lain.
Dengan demikian,
perkembangan zaman itu perlu kita ikuti agar kita tidak tertinggal informasi. Tapi
kita harus bisa memberikan regulasi kepada diri sendiri. Kita harus dapat
memilih dan memilah. Kita harus tahu apa yang harus dilakukan di era gempuran
perkembangan zaman, khusunya di bidang teknologi.
Sekiranya itu ber-impact baik pada diri kita, maka harus dilakukan. Dalam hal ini, akal budi juga berperan vital dalam perkembangan zaman. Mulai dari kita mempertanyakan sesuatu yang kita tidak tahu, memilah dan memilih informasi yang tepat untuk kemajuan diri dan kemajuan hidup berbangsa dan bernegara.