Skip Konten Kreator Jelang Memasuki Dunia Kuliah
Diambil dari istockphoto.com |
Penulis: Naufal Zaidan Aryunsah (Sekretaris Bidang Riset Pengembangan dan Keilmuan IMM Ibnu Rusyd)
Kuliah tidaklah seberat yang dijabarkan oleh para konten kreator. Seringkali terlihat ada alumni maupun mahasiswa yang menjadi konten kreator membawakan isu maupun rumor tentang dunia pendidikan, khususnya lingkungan pendidikan pada kampus atau perguruan tinggi.
Adapun sisi konten yang mereka bawakan bukan tentang cara belajar maupun tips menjalani aktivitas bagi mahasiswa, melainkan berbagi pengalaman tidak menyenangkan kepada viewers terkait dunia perkuliahan.
Konten yang dibuat pun beragam, ada yang berupa tulisan berupa curahan hati, podcast, hingga vlog. Konten seperti bocoran sisi gelap dunia perkuliahan acap kali muncul tanpa kenal waktu, namun biasanya lebih marak saat tiba masanya ada mahasiswa baru yang akan memulai dunia perkuliahan.
Isu tentang ospek ramai di beranda media sosial. Para mahasiswa hingga alumni menyebarkan informasi yang seolah mewanti-wanti calon mahasiswa baru bahwa ospek itu kegiatan yang menekan mereka, ospek itu berat, ospek itu bikin stres, ospek itu banyak tugas, ospek itu waktunya kena mental, dan lain sebagainya. Apa yang dilakukan oleh konten kreator tersebut tentunya dapat memberi efek pandangan buruk bagi mahasiswa baru yang hendak menginjak langkah awal di dunia kuliah.
Tidak berhenti sampai pembahasan ospek saja, topik tentang perbedaan dunia kuliah dan masa SMA rupanya masih jadi trending. Mungkin semua orang setuju jika masa SMA adalah masa paling menyenangkan di masa muda, seakan orang yang telah mengalaminya menyimpulkan bahwa masa itu terisi hal menyenangkan tanpa ada rasa sedih kecuali saat perpisahan. Berbalik dengan masa kuliah, dimana para mahasiswa yang masih kuliah justru banyak mempublikasi keluh kesah menjalani hidupnya karena menerima realitas dunia perkuliahan.
Banyak sekali sambatan dari mahasiswa di antaranya waktu yang padat, kegiatan kampus atau organisasi yang melelahkan, suduran circle pertemanan, cekcok dengan dosen, tugas kuliah yang rumornya bisa buat mahasiswa sakit karena stres, biaya yang menambah beban, orang sekitar yang kesannya dapat memberi tekanan mental, hingga soal percintaan.
Mengapa fenomena itu masih banyak dibuat konten? Bukankah itu tindakan yang dapat menciutkan calon mahasiswa baru untuk lanjut kuliah?
Masih banyak anak yang ingin berada di bangku kuliah, tapi faktor ekonomi yang kurang mendukung menjadi hambatannya. Di sisi lain, persepsi keraguan tentang dunia kuliah juga menjadi dilema bagi mereka untuk meneruskan pendidikan.
Banyak anak muda yang ragu serta enggan kuliah karena tahu sisi tidak enaknya saat menempuh masa perkuliahan, baik dari realitas sosial maupun realitas dunia maya.
Kita harus memiliki penerimaan positif dengan segala keadaan yang tidak menentu, apalagi lingkungan yang sangat dinamis seperti masa kuliah, dimana ada banyak hal dan persoalan yang datang tanpa terduga. Justru karena banyaknya orang yang kita temui di kampus, itu dapat menjadi acuan untuk menjalin relasi sebanyak-banyaknya. Kita juga bisa mendapat lebih dari satu lingkaran pertemanan positif jika bertemu dengan pribadi yang satu frekuensi.
Persoalan diri sendiri yang membutuhkan pekerjaan, bisa ditemukan solusinya di kampus. Mengikuti program pelatihan seperti magang maupun praktikum yang dijembatani oleh kampus merupakan pilihan bagi mahasiswa yang ingin mengembangkan diri di lingkungan kerja nanti. Selain mencari pengalaman untuk bekerja, ada juga pertimbangan program beasiswa guna meringankan pengeluaran biaya pendidikan secara mandiri. Hal ini sangat cocok bagi individu yang sekiranya kurang mampu secara finansial.
Jarang disadari, akibat isu, rumor, cerita, hingga disclaimer tentang dunia kuliah yang tidak mengena telah menjadi salah satu faktor yang membuat pemuda di negeri ini menyepelekan urgensi pendidikan setelah lulus dari sekolah. Akibat suduran konten yang membahas sisi kekurangan dunia kuliah, membuahkan pilihan anak muda di negeri ini lebih tertuju pada dunia kerja. Dunia kerja yang mereka pilih pun belum tentu bisa menyeimbangkan kebutuhan hidup dan mengubah nasib baik diri sendiri dan keluarga secara signifikan.
Konten kreator yang bijak harus memberi informasi yang membangun citra positif di media sosial. Apalagi segala aktivitas yang bersangkutan dengan ranah pendidikan. Masalah pendidikan yang kurang merata, minat anak pada bidang pendidikan formal, tingkat ilmu pengetahuan yang masih tergolong rendah, dan perilaku masyarakat yang kurang sesuai dengan nilai dan norma, haruslah jadi pertimbangan yang patut diperhatikan dalam hal pembuatan konten informasi maupun persuasi mengenai pendidikan.
Langkah awal yang bisa dilakukan untuk menangkal pikiran negatif pada dunia kuliah adalah dengan cara mengabaikan konten kreator di sosial media yang membahas isu keburukan perkulihan, juga hal yang menyinggung sisi kekurangan saat menjadi mahasiswa dan lingkungan kampus. Fokuskan saja pada informasi terkini kampus dan mahasiswa yang berisi pola hidup bermanfaat atau seputar info-info dari mereka yang punya pengalaman baik.
Perlu ditekankan kembali, bahwa niat dari pendidikan di Indonesia adalah "menguji peserta didik, bukan menekan peserta didik." Tidak ada lembaga pendidikan di sebuah bangsa yang ingin menyingkirkan pendidikan, apalagi bermaksud memperlakukan pelajar dengan cara memberi tanggungan di luar batas kemampuan. Hal itu terbukti dengan banyaknya akademisi yang menonjolkan inovasi serta kontribusinya dari hasil pendidikan yang ditempuh di dunia kuliah.
Sebagai pribadi yang telah berpengalaman menjalani masa kuliah, maka ada baiknya kita mendekati para mahasiswa baru yang hendak menjalani masa kuliahnya. Kita sampaikan pada mereka tentang kabar baik selama kita menjadi mahasiswa, hasil yang kita dapat selama kuliah, hal baru yang kita temui, pengalaman baik yang kita punya dan segalanya tentang kampus yang bisa memantik semangat mahasiswa baru untuk menjalani perkuliahan.