Keluh Kesah dan Pembelajaran Kuliah Tanpa Kos
Diunduh melalui pexels.com |
Penulis: Naufal Zaidan Aryunsah (Anggota Riset Pengembangan dan Keilmuan Ibnu Rusyd)
Menempuh
masa kuliah sudah jadi hal lumrah yang mengharuskan pergi ke luar kota hingga perjalanan jauh. Selain jarak, manajemen waktu serta estimasi biaya
juga diperhitungkan, mengingat biaya menuju kampus dan kembali pulang juga ditanggung secara mandiri.
Biasanya, anak kuliah itu identik dengan sebutan "anak kos" atau"anak rantau". Tempat tinggal sementara mereka yang dekat dengan kampus adalah sisi kelebihan yang paling utama. Sedangkan ada sebagian mahasiswa yang tidak sedikit harus rela melakukan perjalanan jarak jauh untuk menuju kampus.
Kuliah pulang pergi tanpa kos merupakan tantangan tersendiri yang harus dijalani oleh mahasiswa yang rumahnya jauh. Sebenarnya ada beberapa faktor yang membuat mahasiswa harus melakukan perjalanan jauh. Diantaranya faktor tuntutan orang tua yang tidak mengizinkan putra putrinya kos atau juga karena kemauan sendiri dari mahasiswa yang menyanggupi melewati perjalanan jauh.
Perjalanan jauh bagi mahasiswa tentu memiliki kesan tersendiri. Perjalanan menunaikan kewajiban kuliah dengan upaya menyisir jalanan, menahan lelah dan kantuk, bahkan memakan waktu yang lebih lama dibanding mereka yang tinggal di kos maupun yang tinggal di dekat kampus. Pulang pergi dari rumah ke kampus dengan jarak yang jauh merupakan rutinitas yang seakan tak bisa dihindarkan setiap harinya.
Keluh kesah mahasiswa yang menjalani masa kuliah dengan pulang pergi pastinya tersemat sebagai pengalaman pribadi yang sudah menjamur. Berangkat pagi disambut dengan kemacetan lalu pulang sore pun kembali bertemu macet. Hiruk pikuk kota serta ramainya jalanan. Jadi, sudah menjadi pemandangan wajar bagi mereka duduk di motor dalam hitungan jam tanpa istirahat pun sudah lumrahnya terjadi.
Merasakan gerah dan hawa panas saat musim kemarau dan lama mendapat guyuran hujan di jalan adalah resiko yang diterima oleh mereka. Kondisi cuaca dalam perjalanan tentu memberi pengaruh bagi kondisi badan, apalagi ketika musim pancaroba juga tak jarang ada mahasiswa yang tumbang akibat perjalanan pulang pergi menuju kampus. Musim hujan cenderung lebih merepotkan sekaligus memberi peringatan bagi keselamatan mahasiswa yang melakukan perjalanan jauh, hal itu dikarenakan jalanan menjadi licin ditambah padatnya kendaraan yang melintas, bahkan air hujan biasanya mengaburkan pandangan pada sisi spion maupun kaca helm.
Tantangan tersendiri bagi mereka yang pulang pergi kuliah dengan menempuh jarak jauh adalah menjaga tubuh tetap dalam keadaan prima. Perjalanan jauh selain memakan waktu berjam jam, tentu juga menguras tenaga sebab lamanya duduk di motor. Mereka perlu menjaga keseimbangan berkendara, menghadapi segala cuaca, bahkan butuh fokus dalam jangka panjang untuk mengendarai motor di tengah ramainya jalanan di pagi dan petang yang bersamaan dengan jam keluar masuk pekerja.
Mengambil pilihan untuk pulang pergi bagi yang rumahnya jauh dari kampus ternyata butuh kesiapan mental. Karena sebelum merasakan ruangan yang nyaman serta sesi perkuliahan, mereka harus mengalami kemacetan setiap hari, keadaan di jalan yang tak menentu, masalah pada kendaraan kalau waktunya sial, polusi transportasi jalan, hingga ancaman yang bisa terjadi kalau pulang malam karena ada urusan atau kegiatan kampus.
Selain keluh kesah bagi mahasiswa yang rumahnya jauh dari kampus, tentu di balik itu ada pembelajaran yang sekiranya bisa dipetik. Pertama, yaitu manajemen waktu. Manajemen waktu tentu sudah jadi hal yang patut diterapkan oleh mahasiswa yang melakukan perjalan jauh. Manajemen ini bukan soal waktu yang digunakan untuk belajar atau ikut kegiatan kampus, melainkan memperhitungkan waktu untuk tiba di kelas dengan tepat waktu sekaligus memperkirakan situasi agar tak sampai telat akibat terkena kemacetan.
Hikmah kedua dari perjalanan jauh adalah mengerti prioritas. Prioritas diri sendiri, prioritas pendidikan, dan prioritas waktu pastinya melekat di benak mahasiswa yang melakukan perjalanan pulang pergi dengan jarak jauh. Prioritas yang lebih diri sendiri seperti menyiapkan barang untuk dibawa ke kampus, menata penampilan, dan memanaskan maupun cek kondisi motor. Prioritas pendidikan dan waktu pasti relevan dengan membagi aktivitas antara di rumah dan di kampus, memilih kesibukan apa yang harus diambil antara pendidikan atau pekerjaan sampingan.
Terakhir adalah perencanaan keuangan. Pergi tanpa uang seolah jadi kekurangan utama. Uang untuk bepergian tentu memiliki fungsi buat jaga-jaga kalau ada hambatan atau kebutuhan selama perjalanan. Sesuatu yang tak bisa dilepas dari kebutuhan tentunya isi bensin yang penuh untuk perjalanan pulang pergi. Di luar kebutuhan bensin ada lagi keperluan uang sebagai dana darurat untuk menanggulangi permasalahan yang tidak terencana bisa terjadi, seperti halnya ban bocor, mogok, dan segalanya yang berkaitan dengan kendaraan.
Alur keseharian harus tetap dilakukan apapun kenyataannya. Keluh kesah sudah sewajarnya ada bagi siapapun yang menjalani, keluh kesah perjalanan pulang pergi tidak cuma dirasakan oleh anak muda yang sedang kuliah, melainkan ada banyak sekali para pekerja atau pejuang nafkah yang bahkan tanggungan hidupnya lebih berat atau lebih rumit daripada kegiatan dan tugas mahasiswa. Bersabar dan bertahan di tengah perjalanan pulang pergi, tetaplah mementingkan keselamatan sekaligus kesehatan diri sendiri.
Intinya, dari perjalanan jauh yang kita alami sejak mahasiswa saat ini, jangan lupa untuk disyukuri. Kita masih bisa diberi kesehatan sekaligus berkesempatan pulang berujmpa dengan keluarga setiap hari, lalu mendapat ongkos bisa ada jadwal kuliah serta istirahat di tempat yang lebih leluasa di rumah sendiri. Selain itu, persiapan menuju kampus sebenarnya lebih mudah walaupun jarak rumah menuju kampus yang jauh, hal ini terbukti karena setiap kebutuhan seperti bekal, kendaraan, keuangan, pakaian dan lain-lain dibantu oleh tenaga orang tua maupun sanak saudara.