Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tutorial Bernafas?

 

Gambar oleh Klause Nielsen, diunduh melalui Pexels.com

Penulis: Abdul Halim Hasan (Sekretaris Bidang Kader PK IMM Al-Kindi)

Saya yakin dari kalian yang baru melihat judul langsung berpikiran “Ini tulisan apa sih? Pasti isinya nggak penting.” Hey sabar dulu pembaca! Jangan hanya melihat judul langsung diclose dong. Mari simak bersama!

Media sosial kembali ramai dan menghebohkan kita akibat beberapa kasus pengakhiran hidup yang terjadi pada mahasiswa, terlebih pada anak rantau dewasa ini. Namun, banyak orang yang masih mempertanyakan, "Apakah seberat itu menjadi mahasiswa yang merantau? Mengapa lebih memilih jalan yang konyol untuk keluar dari permasalahan?"

Kawan-kawan, memang setiap permasalahan yang diterima oleh masing-masing individu sudah pasti berbeda, pun juga setiap orang memiliki cara tersendiri untuk keluar dari permasalahan tersebut. Namun, keputusan untuk mengakhiri hidup agar keluar dari permasalahan itu tidak pernah diajarkan di bangku sekolah, agama Islam, bahkan di agama-agama lainnya.

Sebagaimana yang M. Quraish Shihab dalam bukunya Mistik, Seks, dan Ibadah, ia mengatakan "Nyawa manusia bahkan seluruh jiwa raganya adalah milik Allah SWT yang diamanatkan kepada masing-masing manusia. Kita tidak dapat menjualnya karena bukan milik kita. Nyawa pun tak boleh dipisahkan dari badan kecuali atas izin-Nya."

Dari pernyataan mereka yang mengurungkan diri dari tindakan ini rata-rata berspekulasi,Tuhan tidak adil kepadaku.” Teman-teman semuanya, Allah SWT menciptakan kita dan Dia juga yang tahu segala sesuatu tentang isi hati dan pikiran kita. Jadi, ketika cobaan hidup kita terasa sangat berat, coba kita renungi untuk apa sebenarnya Allah SWT menciptakan kita sebagai manusia jikalau memang hanya untuk diberikan sebuah ujian.

Allah SWT memberikan sebuah ujian pun hanya untuk mengukur seberapa tunduk dan berimannya seseorang itu terhadap kekuasaan-Nya. Allah SWT juga sudah pasti lebih tahu tentang batas kemampuan hamba-Nya ketika diberikan sebuah ujian.

Ketika kita melihat dengan fokus kacamata Islam, sudah pasti Allah SWT sangat melarang adanya tindakan pengakhiran hidup. Berikut bagian dari firman-Nya:

....وَلَا تَقۡتُلُوٓاْ أَنفُسَكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِكُمۡ رَحِيمٗا ٢٩

Artinya: Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (Q.S. An-Nisa': 29)

Masih kurang yakin dengan ayat di atas? Ini juga termasuk bukti dalam kitab Hadis Imam Nawawi melalui Syarah Riyadus Shalihin, Nabi Muhammad bersabda:

وَمَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِشَيْءٍ، عُذِّبَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Artinya: Dan barang siapa membunuh dirinya sendiri dengan sesuatu, maka nanti pada hari kiamat ia akan disiksa dengan sesuatu itu. (Muttafaq Alaih)

Dari kedua bukti di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa Allah SWT sangat menyanyangi semua hamba-Nya ketika hamba tersebut mau memohon untuk diberikan jalan keluar atas segala hingar-bingar kehidupannya. Namun, Allah SWT juga sangat membenci seseorang yang memilih keputusan untuk mengakhiri hidupnya. Padahal Allah SWT akan selalu mencukupi semua yang dibutuhkan oleh manusia untuk hidup di dunia.

Seperti biasa ketika menghadapi sebuah masalah pasti selalu ada solusi, maka berikut ini adalah beberapa tahapan yang dapat kita pilih untuk mencegah dan mengurangi tindakan memilukan tersebut.

Tahap pertama dapat kita mulai dengan membicarakanya. Apa yang perlu dibicarakan? Jadi, orang yang lebih paham mengenai bahaya pengakhiran hidup sangat diperlukan untuk berkomunikasi dan memberikan edukasi kepada mereka yang punya pikiran untuk melakukan pengakhiran hidup. Contoh edukasinya dengan mengatakan “Di dunia ini kamu tidak sendiri, masih banyak orang yang mau menemani dan menuntun serta mendukungmu di saat mengalami masa tersulit dalam hidupmu.”

Selanjutnya, posisikan hati dan pikiran agar tetap tertuju pada Sang Pencipta yaitu Allah SWT. Ketika hati dan pikiran kita terfokus untuk mengingat Allah SWT, maka semua masalah pasti selesai dengan jalan keluar yang tepat.

Sebagai sesama generasi muda, patut kita tingkatkan awareness di lingkungan kita. Sudah sampai mana upaya kita mengenal teman-teman kita? Sudah sampai mana kita berperan dalam menanggulangi peristiwa yang tidak kita inginkan seperti di atas? Gerakan yang mengangkat suara pentingnya kesehatan mental hidup harus kita suarakan bersama. Meskipun gerakan ini masih sedikit yang kita temukan, namun platform gerakan kampanye dan edukasi seyogianya kita dukung jua.

Terakhir dari saya untuk kalian semua, tetaplah berpikir positif dan jangan mudah terpengaruh oleh bisikan-bisikan negatif yang bertolak belakang dari pendirianmu. Tetap jalani hidup, percayalah bahwa kita terbaik dengan apa yang kita pilih. Kita bersama dengan apapun masalah yang kita hadapi. Ingat, diam memang tidak akan menimbulkan masalah. Namun, diam juga  tidak akan menyelesaikan sebuah masalah.

Redaksi IMM UINSA
Redaksi IMM UINSA Tim Redaksi RPK KOORKOM IMM UINSA