Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Upaya Self Love Di Usia Kepala Dua

Diunduh melalui pexels.com

Penulis: Naufal Zaidan Aryunsah (Anggota RPK Ibnu Rusyd)

Fase krusial dalam hidup manusia adalah ketika menginjak usia 20 tahunan. Identiknya karena peralihan masa dari remaja ke dewasa yang secara fisik, seksual, serta nalar memang sudah matang. Namun, secara emosional maupun pemikiran rupanya masih jadi persoalan besar yang perlu dihadapi oleh manusia 20-an. Di usia ini banyak orang merasakan perubahan drastis, baik dari segi perilaku, kebiasaan, tujuan hidup, hingga cara berpikir tentang menentukan pilihan.

Meski banyak hal yang harus dikerjakan di usia 20 tahunan, setidaknya diri sendiri juga harus punya pikiran yang berkeyakinan bahwa mencintai diri sendiri itu perlu dilakukan, baik melalui tantangan maupun cobaan. Istilah "Self Love" atau mencintai diri sendiri tidak dimaknai dengan tindakan egois yang mementingkan kemauan serta kesenangan diri sendiri, seperti halnya menikmati waktu untuk nongkrong, rebahan, kluyuran, game terus-terusan, juga terlalu  berlebihan dalam mengurus percintaan.

Memahami sekaligus menerapkan "Self Love" bisa dengan cara mengambil tindakan yang memberi timbal balik yang berguna atau berkesan untuk diri sendiri. Mencintai diri sendiri tidak dibenarkan sebagai tujuan untuk memanjakan atau semata mencari kesenangan, melainkan mencintai diri sendiri dibentuk dengan merealisasikan peran yang berkaitan dengan makna hidup dan tujuan yang ingin dicapai walau terkadang harus dijalani melalui proses yang panjang dan tidak bisa dijalani sendirian.

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan saat menginjak usia 20 tahunan, yang pertama adalah menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh. Olahraga itu dorongan diri sendiri untuk memperoleh manfaat yang akan kembali pada diri pribadi, bukan orang lain. Manfaat dari olahraga hanya bisa dirasakan oleh individu yang melakukan. Olahraga itu bermacam-macam jenisnya. Tidak ada paksaan untuk melakukan gerakan apapun cukup menyesuaikan kapasistas kemampuan masing-masing individu. Olahraga pun sebenarnya juga menjadi aktivitas yang bisa dijadikan pilihan karena bisa dijalani tanpa pengeluaran biaya. Misalnya jogging, push up, sit up, atau angkat beban yang memungkinkan dilakukan di rumah.

Olahraga begitu penting dilakukan untuk menjaga kebugaran tubuh. Walaupun terbilang masih muda, fisik masih kuat-kuatnya dan stamina masih terjaga, namun pentingnya olahraga juga tidak boleh dianggap sepele atau cuma hal kecil sebagai hobi sampingan. Justru, di usia yang masih muda itu menjadi kesempatan besar untuk memaksimalkan olahraga karena stamina tubuh tergolong stabil sekaligus masih belum menemui gejala penyakit seperti halnya yang diderita para lansia. Olahraga sewajarnya mengeluarkan tenaga sehingga membuat tubuh itu lelah atau capek, tapi lelah karena olahraga bukanlah hasil akhirnya. Hasil dari olahraga bisa membuat jasmani tak mudah terserang penyakit, keseimbangan dan kelenturan tubuh, serta pembentukan badan yang ideal.

Yang kedua, mendokumentasikan momen. Momen itu menyangkut banyak hal, ada hari besar bersama keluarga, hari penting dengan sekumpulan orang, acara spesial dengan orang terdekat, maupun masa menjejaki suatu aktivitas bersama teman-teman. Pentingnya dokumentasi itu sebagai aset untuk masa kini dan masa yang akan datang, gunanya sebagai kenangan sekaligus pembuktian bahwa kita pernah ada di momen ini. Mengambil dokumentasi sebagai konsumsi pribadi adalah hal mutlak. Ada yang punya tujuan untuk dipublikasi dan ada pula yang cukup disimpan sebagai catatan bergambar bagi diri sendiri.

Pentingnya dokumentasi yang bagus adalah bukti dari seberapa butuhnya manusia itu untuk menjadikan pengingat dari peristiwa yang pernah dilalui. Bahkan sering kali ada orang yang meminta difotokan berulang kali dengan alasan agar fotonya banyak atau karena ingin mendapatkan foto terbagus versi kemauan diri sendiri. Merawat kenangan sekaligus menghargai peristiwa salah satunya bisa dilakukan dengan membuat dokumentasi untuk konsumsi pribadi. Foto maupun video yang kita ambil akan jadi bekal untuk diri sendiri sebagai pengingat sekaligus bekal bagi orang terdekat di masa kini dan masa mendatang sebagai bukti bahwa kita pernah melakukan hal itu saat masih muda.

Usia kepala dua, harus punya pengalaman. Pengalaman ini bisa berbagai macam, seperti pencapaian, pertemuan dengan orang, petualangan, mencoba pekerjaan, melakukan pengabdian, menyukseskan acara, maupun bergabung dengan organisasi atau komunitas yang positif. Pengalaman itu tidak pernah tertukar dengan material. Pengalaman adalah seni memasukkan aktivitas dunia luar ke dalam diri sendiri agar bisa diolah menjadi bahan pembelajaran sekaligus evaluasi. Pengalaman bisa diterima jika kita punya niat sekaligus keberanian untuk mengambil kesempatan tanpa mempermasalahkan efek samping yang nantinya akan kita terima.

Salah satu cara agar kita mendapat pengalaman adalah dengan berani mencoba. Di usia kepala dua seringkali muncul keraguan maupun keputusan yang diambang pada keadaan. Sebenarnya pengalaman itu sesuatu yang perlu dicari dan dijalani dengan konsistensi. Mencari pengalaman, lalu mendapatkannya tapi tidak konsisten menjalankannya maka hanya akan menjadikan diri sendiri stagnan alias nihil perkembangan. Upaya agar diri sendiri berkembang juga harus menghindari kebiasaan yang tidak memberi efek keuntungan, seperti nongkrong berlama-lama tanpa kepentingan, main game seharian, terlalu banyak scroll media sosial, serta malas mencoba atau melakukan hal baru di luar zona nyaman.

Redaksi IMM UINSA
Redaksi IMM UINSA Tim Redaksi RPK KOORKOM IMM UINSA