Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Orang Ketiga dalam Pusaran Cinta

Foto oleh Mati Manggo, Diunduh melalui pexels.com

Penulis: Abdul Halim Hasan (Sekretaris Bidang Kader PK Al-Kindi)

Penulis yakin para pembaca pasti pernah merasakan perasaan kasmaran, dimabuk cinta atau mungkin dalam proses pendekatan (PDKT). Dalam sebuah kisah cinta pasti akan mengalami berbagai tantangan untuk meraih sebuah kebahagiaan. Namun, bagaimana jadinya jika dalam sebuah hubungan cinta tersebut tiba-tiba muncul seseorang yang entah dari mana dan tiba-tiba ikut campur dalam hubungan istimewa tersebut? 

Fenomena ini penulis rasa sering terjadi di lingkungan sekitar. Dalam beberapa bulan terakhir saja, media sosial diramaikan dengan banyaknya kasus perselingkuhan, menanggapi fenomena perselingkuhan, tidak dapat dipungkiri dalam sebuah hubungan pasti selalu ada semacam cobaan maupun tantangan, sebagaimana yang penulis sampaikan sebelumnya. Tetapi, hal tersebut sebenarnya kembali kepada bagaimana cara kedua pasangan tersebut menghadapi segala rintangan yang menerpanya.

Nah, Perselingkuhan menurut penulis menjadi salah satu problem yang paling banyak menyerang pasangan yang sedang jatuh cinta. Selingkuh bisa tercipta karena salah satu pihak merasa bahwa hubungan yang dijalani tidak mendapatkan sebuah kejelasan, insecure yang berlebihan, merasa bahwa fisik menjadi salah satu indikator kecocokan hingga kebahagiaan.

Kawan-kawan semua, kita semua harusnya sadar bahwa di dunia yang fana ini tidak ada manusia yang terlahir dengan sempurna. Allah SWT pun telah menciptakan manusia sesuai dengan porsinya masing-masing. Jadi, jika sebuah alasan selingkuh itu muncul karena keinginan untuk mencari pasangan yang lebih sempurna maka akan sangat keliru. Pada dasarnya sebuah kesempurnaan itu dapat kita bentuk sendiri, tidak perlu kita bersusah-payah untuk mencarinya.

Alasan lain yang menjadikan perselingkuhan muncul adalah tergoda rayuan dari “Pahlawan.” Rayuan “Pahlawan” biasanya muncul ketika pasangan sedang dalam fase konflik atau sedang menghadapi dilema dalam hubungan. Keadaan seperti ini kemudian diperparah dengan terbuka-nya salah satu pihak, baik dengan melakukan curhatan di media sosial, atau menceritakan konflik dalam hubungannya secara langsung kepada orang lain. Dari situlah seorang yang penulis sebut sebagai “Pahlawan” muncul dengan tipu muslihat bak memberikan solusi.  

Kebanyakan dari mereka memberi solusi yang mengararah pada keputusan untuk memutuskan hubungan. Rayuan “Pahlawan” yang biasa disampaikan kepada pasangan yang sedang berkonflik dimulai dengan celetukan “Sepertinya kamu bete terus, gwenchana.. lebih baik kamu putusin aja dan tinggalin kekasihmu itu karna dia sudah ridak pantas buat kamu”. Mulai dari situlah kebanyakan hubungan cinta akan retak dan mulai menuju penyelesaian.

Perselingkuhan bisa termasuk ke dalam upaya pengkhianatan terhadap suatu komitmen yang telah dijalankan, dan Allah SWT juga telah menegaskan dalam sabdanya:

ذَٰلِكَ لِيَعۡلَمَ أَنِّي لَمۡ أَخُنۡهُ بِٱلۡغَيۡبِ وَأَنَّ ٱللَّهَ لَا يَهۡدِي كَيۡدَ ٱلۡخَآئِنِينَ ٥٢ 

Artinya: Yang demikian itu agar dia (Al-Aziz) mengetahui bahwa sesungguhnya aku tidak berkhianat kepadanya di belakangnya, dan bahwasanya Allah tidak meridhoi tipu daya orang-orang yang berkhianat. (Q.S. Yusuf: 52)

Dari ayat di atas dapat kita simpulkan bahwa orang yang melakukan tipu daya dan berkhianat, maka Allah SWT tidak akan meridhoi dan tidak akan mendapat kebahagiaan dalam hidupnya. 

Untuk menyelesaikan permasalahan seperti ini, penulis lebih menyarankan untuk menggunakan kepala dingin. Penulis mempunyai beberapa tawaran penyelesaian masalah tersebut. Pertama, pastinya dengan memeperbaiki cara komunikasi. Kita dapat mencoba memulai obrolan perlahan dan kita bantu pasangan kita untuk sadar bahwa langkah yang ia pilih adalah sebuah kesalahan. Dari situ kita bisa membentuk pemahaman bahwa selingkuh tidak akan keluar dari masalah, yang ada ialah semakin banyak permasalahan baru yang akan muncul. 

Jika pasangan kita tidak mau mendengar atau bersikap acuh terhadap itikad baik kita, Maka tawaran yang dapat penulis berikan selanjutnya adalah mengikhlaskan. Karena ketika perjuangan kita tidak dihargai, maka merelakan adalah jalan yang terbaik. Ibarat buku yang dibaca berulang kali padahal pun kita sudah tahu ending yang didapat akan sama.

Tulisan ini kiranya jangan dipandang hanya tentang percintaan di antara dua insan semata, padahal dalam ber-IMM pun juga bisa terjadi perselingkuhan. Sebuah hubungan yang terikat seperti IMM tidak mungkin dapat lepas dari ujian dan tantangan juga. Entah rayuan organisasi lain yang lebih menjamin, kasur kosan yang senantiasa menawarkan nikmatnya rebahan, atau bahkan tuntutan akademis yang membuat kader-kader lebih memilih ambis. Semua itu nyatanya memanglah hal-hal yang menggoda sebagaimana stigma negatif sosok orang ketiga. Maka, ber-IMM sama halnya dengan menjaga sebuah hubungan di mana hal yang terpenting adalah jangan sampai merasa bosan lalu pergi mengkhianatinya, tetapi bagaimana kita merasa bahwa apa yang kita miliki sudah cukup dan merasa bahagia di setiap harinya. 

 


Redaksi IMM UINSA
Redaksi IMM UINSA Tim Redaksi RPK KOORKOM IMM UINSA