Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Relevansi Tiga B Pada Kedewasaan Personal

 

Foto oleh Evgeny gromov, diunduh melalui istockphoto.com

Penulis: Naufal Zaidan Aryunsah (Anggota Bidang Riset Pengembangan dan Keilmuan PK IMM Ibnu Rusyd)

Tiga B adalah kepanjangan dari "Brain, Beauty, dan Behavior.", yang penafsirannya adalah cara berpikir, cara berpenampilan, dan cara berperilaku. Pengertian tiga B mungkin jarang terdengar oleh orang pada umumnya, bahkan hanya orang orang tertentu yang memahami tiga B. Hal ini dikarenakan istilah dan penerapan tiga B dikaitkan pada sebuah profesi dan peran seseorang dalam menjalani aktivitasnya. Istilah tiga B kerap disematkan pada lingkungan perdutaan, perkantoran, pengajar di lembaga pendidikan, profesi di bidang entertainment, profesi pada bidang fashion dan kecantikan maupun public figure yang kerap terjun ke masyarakat.

Tiga B sebenarnya menjadi aspek personal yang perlu diperhatikan oleh setiap individu. Individu yang dimaksud adalah setiap orang yang telah memahami perannya dan mampu menyesuaikan diri dengan keadaan sekitar, bisa dikatakan ciri tersebut melekat pada individu yang beranjak dewasa. Kepribadian seseorang yang telah dewasa tentunya harus memperhatikan hal-hal kecil yang ada pada dirinya sendiri, contohnya cara mengambil keputusan, menyikapi permasalahan, berperilaku di depan publik, cara berpakaian, cara merias diri, berbicara, berekspresi, serta mencerminkan karakter yang baik dan benar.

Nilai kedewasaan seseorang tak bisa lepas dari bagaimana berpikir secara tanggap dan rasional, bertindak sesuai aturan dan berpenampilan sesuai etika atau nilai kesopanan secara simbolik. Tiga B sendiri seharusnya menjadi pedoman penting bagi kebutuhan personal, tiga B pun selayaknya perlu mendapat penekanan dalam pembelajaran baik secara formal maupun non formal agar individu menerapkan cara menjaga diri sekaligus mengelola wujud kepribadian yang benar. Karena tiga B akan berlaku pada dunia kerja atau sebuah bidang profesional yang identik dengan aktivitas yang dibebankan oleh individu yang usianya layak memasuki dunia kerja atau dinilai telah dewasa.

Memperhatikan tiga B adalah pilihan kondisional, namun juga berlaku pada penekanan. Jadi maksud tiga B itu bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun sesuai kemauan individu, contohnya ketika pergi liburan, nongkrong, atau aktivitas nonformal lain kita punya kebebasan dalam hal berpakaian, apalagi cara bersikap di hadapan teman teman atau keluarga cenderung lebih leluasa. Dalam fenomena ini pula tiga B menjadi opsional untuk diterapkan. Sedangkan di lain situasi dan kondisi, tiga B akan lebih ditekankan pada sebuah aktivitas seperti lingkungan kerja, perkuliahan, resepsi, seminar, acara pertemuan, maupun peringatan hari besar. Yang mana tiga B menjadi hal yang begitu diprioritaskan oleh individu, hanya saja banyak dari individu yang tak menyadari wujud tiga B dan yang mereka tahu sebatas merias diri atau tampil beda dari biasanya.

Berpenampilan rapi sebenarnya sudah diajarkan sejak dini, bahkan sejak kita sekolah dasar. Pakaian harus rapi, harus sopan terhadap guru, dan menghargai teman. Bahkan di sekolah kita selalu dituntut menjadi pribadi yang pandai, hal itulah yang diterapkan di sekolah bahkan berlanjut di masa perkuliahan meski dalam hal berpakaian diberikan kebebasan memilih, namun harus tetap rapi dan menunjukkan kesopanan. Selama ini, sekolah dan kampus menanggapi hal hal kecil seperti itu disebut sebagai aturan dan tidak ditafsirkan oleh pendidik sebagai tiga B.

Pentingnya tiga B terletak pada sesuatu yang mengarah pada citra diri seseorang, tiga B bisa juga dikatakan sebagai upaya menghargai diri sendiri, karena fokus tiga B yang memperhatikan kapasitas personal. Selain itu, penerapan tiga B juga memberi pengaruh terhadap pandangan atau penilaian orang yang berhadapan dengan kita, pengaruh itu dapat memberikan suasana positif dalam pertemuan. Implementasi tiga B sendiri akan menjadi timbal balik, karena tiga B dipercaya sebagai perwujudan yang ampuh agar setiap orang terkesan dengan pembawaan diri kita sekaligus mendatangkan kenyamanan dari segi cara melihat atau memperlakukan, bagi orang di sekeliling kita.

Namun sayangnya banyak yang salah mengenai penafsiran tiga B, bahkan hal ini sering dialami oleh perempuan yang kerap merias diri dianggap untuk memicu daya tarik, ada juga perempuan yang dikira suka cari perhatian karena orang-orang menilai cara bicaranya yang lembut dan pelan atau sikapnya yang luwes dengan siapapun. Bukan hanya perempuan yang berpotensi mengalaminya, laki-laki pun juga bisa jadi buah bibir orang sekitar bila ketahuan memakai beraneka skincare atau berpenampilan dengan warna dan model mencolok, akhirnya muncullah asumsi laki-laki itu waria atau "alay". Padahal dari segi manfaat skincare itu berguna merawat kulit, pakaian dengan warna atu model mencolok juga tidak jadi masalah, selama pakaiannya tidak menunjukkan visualisasi sara, rasis, maupun porno.

Yang perlu disadari pula, tiga B itu bukan upaya mengikuti trend, fashion, hedonisme, atau sikap kebarat-baratan dalam berpakaian. Tiga B itu berfungsi agar setiap pribadi bisa menampilkan versi terbaik diri sendiri, melalui cara berpikir yang rasional, beretika, kemudian berpenampilan secara layak dan mencerminkan kewibawaan. Adapun cara tiga B dalam mengatur penampilan juga tidak mengikat pada harga, trend, atau sekedar menilai keren, melainkan berpenampilan itu menata fisik sekaligus mempertegas cara berpakaian agar tidak sembarangan dalam mengenakan jenis pakaian. Dalam realitasnya tiga B dapat terbentuk karena kemauan diri sendiri, dorongan dari keluarga, maupun penyesuaian dengan lingkungan luar.

Tiga B yang terbentuk dari kemauan diri sendiri contohnya, individu melihat konten edukatif atau gaya hidup, kemudian mencoba belajar berpikir dewasa, memperhatikan sopan santun, cara merawat diri yang berorientasi  pada cara berpakaian dan merawat tubuh dengan cara olahraga atau memakai kebutuhan kosmetik. Contoh pembentukan tiga B melalui keluarga adalah melalui nasihat dari orang tua terhadap anak agar memainkan pikiran ketika menjalankan peran, seperti membantu pekerjaan rumah, lalu beradab menghormati orang tua dan menghargai saudara, kemudian orang tua juga menekankan agar anaknya mengenakan pakaian yang bagus, layak, dan rajin merawat pakaian agar nyaman dipandang ketika bepergian keluar. Tiga B karena faktor lingkungan luar dipengaruhi oleh pergaulan individu, apabila berbaur dengan lingkaran pertemanan yang peka terhadap diri sendiri dan sosial maka dampaknya pun tiga B itu tercipta dengan baik, namun jika lingkaran pertemanannya adalah pergaulan bebas bahkan kurang mengenal diri sendiri maka tiga B itu tidak akan tampak pada realitasnya.

Redaksi IMM UINSA
Redaksi IMM UINSA Tim Redaksi RPK KOORKOM IMM UINSA