Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Toxic Relation Dalam Kacamata Al-Qur'an

 

Gambar oleh Danis Novikov, diunduh melalui istock.com


Penulis: Abdul Halim Hasan (Sekretaris Bidang Kader PK IMM Al-Kindi)

Saya yakin dari kalian semua pernah atau bahkan mengalami sendiri tentang sebuah hubungan yang kurang sehat dan salah satu pihak itu merasa sangat direndahkan, hubungan yang dimaksud ini adalah toxic relationship. Mari kenali dan simak pembahasan berikut ini!

Sekilas Tentang Toxic Relationship

Toxic relationship atau lebih gampangnya diartikan sebagai suatu hubungan yang di dalamnya terdapat banyak ucapan yang bersifat merendahkan yang diibaratkan seperti racun. Bila kita melihat dalam konteks zaman sekarang, hubungan yang seperti ini memang kerap kali terjadi ketika kedua pasangan yang diterpa suatu masalah dan tak mampu menyelesaikannya. Maka pada detik itu keluarlah sebuah kalimat yang merendahkan atau bahkan ada yang sampai menerima kekerasan verbal. Hubungan yang toxic awalnya tidak terasa, namun seiring berjalannya waktu pasti akan terlihat dan merasakan ketidaknyamanan. Orang yang melakukan Toxic relationship biasanya dikarenakan ada gangguan mental yang disebabkan oleh berbagai masalah, contoh masalah ekonomi, masalah keluarga dan yang paling banyak adalah masalah percintaan. Dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat Allah menegaskan dalam firmanNya yang berbunyi:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا يَسۡخَرۡ قَوۡمٞ مِّن قَوۡمٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُونُواْ خَيۡرٗا مِّنۡهُمۡ وَلَا نِسَآءٞ مِّن نِّسَآءٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُنَّ خَيۡرٗا مِّنۡهُنَّۖ وَلَا تَلۡمِزُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَلَا تَنَابَزُواْ بِٱلۡأَلۡقَٰبِۖ بِئۡسَ ٱلِٱسۡمُ ٱلۡفُسُوقُ بَعۡدَ ٱلۡإِيمَٰنِۚ وَمَن لَّمۡ يَتُبۡ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ ١١

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (QS. Al-Hujurat: 11)

Dari ayat di atas saja dapat kita simpulkan bahwa kita manusia sangat dilarang untuk mencela atau merendahkan manusia lain, dan di akhir ayat Allah menyuruh untuk bertobat selagi masih sempat, agar kita terhindar dari siksa yang kekal nanti di akhirat.

Bagaimana kriteria pasangan yang toxic?

Pada poin pertama tentang kriteria pasangan yang toxic adalah tempramental. Apa sih tempramental itu? Jadi ketika hal besar atau kecil terjadi maka sifat pemarahnya sangat mudah terpancing, seketika amarahnya bergejolak dan rasa ingin menyakiti pasangan semakin tinggi.

Lalu yang kedua yaitu memutarbalikkan fakta. Bagaimana maksudnya? Yaitu memosisikan diri  sebagai seorang korban yang pada faktanya diri ini adalah sosok pelaku. Hal seperti ini sangat susah terungkap karna akting dari pelaku yang menyamar korban itu sangat profesional.

Dan yang terakhir dari kriteria pasangan toxic adalah posesif. Bagaimanakah posesif itu? Jadi, sikap yang ditunjukkan dengan cemburu yang berlebihan tanpa ada bukti dan data yang valid. Biasanya yang sering ditemukan adalah menaruh curiga yang over dan dibarengi rasa amarah dengan alasan yang kurang logis

Apa saja faktor yang menyebabkan pasangan melakukan toxic relationship?

Faktor pertama tentu saja dari keluarga. Mengapa dari keluarga? Karena sejak kecil keluargalah yang memberikan pengajaran dan pandangan mengenai dunia luar dan lain sebagainya. Lingkungan keluarga yang positif akan membentuk sebuah karakter pribadi yang mumpuni, jadi ketika faktor awalnya saja sudah positif maka lahirlah generasi yang memiliki karakter yang baik. Namun, ada juga keluarga yang acuh dan sering menyepelekan anaknya yang biasa kita sebut dengan toxic parents. Toxic parents ini adalah ketika peran sebagai orang tua yang tidak dijalankan dengan baik, bahkan ada orang tua yang tega melakukan kekerasan sampai pembunuhan terhadap anak. Hal tersebutlah yang menyebabkan kesehatan psikis yang sangat parah, dan kehidupan anak tersebut di masa depan akan terancam karena akan menimbulkan sebuah perilaku yang negatif seperti berkata toxic.

Faktor selanjutnya yaitu lingkungan masyarakat. Bagaimana hubungannya? Masyarakat sebagai tahapan kedua dalam mempengaruhi pola pikir seseorang. Karena manusia sejatinya adalah makhluk sosial yang tidak akan luput dari masyarakat. Dari sinilah awal individu saling berkenalan dan menjalin hubungan pertemanan. Ketika salah dalam bersosial dan salah memilih teman, maka akan mempengaruhi cara berpikir dari orang tersebut.

Faktor yang terakhir adalah media sosial. Mengapa media sosial? Karena di era modern seperti sekarang, media sosial memberikan informasi dan pengetahuan dengan sangat cepat dan mudah. Tetapi tak jarang banyak pengguna media sosial yang menyebarkan konten-konten yang kurang baik dan memberikan dokrin yang negatif. Contoh seperti memberikan komentar dengan kata yang menjurus ke arah hinaan atau makian. Contoh lain yaitu menyebarkan video bullying yang dianggap sekedar bercanda. Hal-hal semacam itu akan lebih mendekatkan karakter diri kita ke dalam karakter yang toxic.

Bagaimana Pandangan Al Al-Qur’an Tentang Toxic Relationship?

Islam dan dalam kitab Al-Qur’an memandang bahwa toxic relationship adalah semua hubungan yang tidak dilandasi oleh keimanan kepada Allah Ta’ala. Hubungan yang dilaksanakan hanya karena kebutuhan dunia seperti kekayaan, kecantikan, kegagahan, bisnis, dan hubungan lainnya yang ujung-ujungnya balik lagi tentang unsur keduniaan atau duniawi.

Dalam Al-Qur’an, Allah telah memberikan firman-Nya yang menjelaskan tentang hubungan yang kurang baik ini, dan di sini saya akan menjabarkan 2 ayat yang masih terkait dengan hal ini. Mari simak dengan baik!

QS. An-Nisa: 34

ٱلرِّجَالُ قَوَّٰمُونَ عَلَى ٱلنِّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بَعۡضَهُمۡ عَلَىٰ بَعۡضٖ وَبِمَآ أَنفَقُواْ مِنۡ أَمۡوَٰلِهِمۡۚ فَٱلصَّٰلِحَٰتُ قَٰنِتَٰتٌ حَٰفِظَٰتٞ لِّلۡغَيۡبِ بِمَا حَفِظَ ٱللَّهُۚ وَٱلَّٰتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَٱهۡجُرُوهُنَّ فِي ٱلۡمَضَاجِعِ وَٱضۡرِبُوهُنَّۖ فَإِنۡ أَطَعۡنَكُمۡ فَلَا تَبۡغُواْ عَلَيۡهِنَّ سَبِيلًاۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلِيّٗا كَبِيرٗا ٣٤

Artinya: Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar

Pada awal ayat di atas, yaitu Allah sedikit melebihkan kemampuan seorang laki-laki dibanding perempuan, karena ketika telah berumah tangga suami akan menjadi pemimpin sekaligus bertanggungjawab mengatur jalannya kehidupan berumah tangga tersebut. Lalu, pada akhiran ayat dan kita baca artinya secara tekstual saja, maka banyak kaum laki-laki yang akan menyiksa perempuan hanya karna tidak menuruti kemauannya. Maksud dari “Pukullah mereka” adalah pukulan yang didasari niat untuk mendidik, karena ketika nusyuz suami memiliki tugas untuk mendidik istrinya. Maka dari itu kata pukul di atas adalah sebagai cara untuk mendidik, bukan didasari rasa dendam dan kekerasan.

QS. An-Nisa: 128

وَإِنِ ٱمۡرَأَةٌ خَافَتۡ مِنۢ بَعۡلِهَا نُشُوزًا أَوۡ إِعۡرَاضٗا فَلَا جُنَاحَ عَلَيۡهِمَآ أَن يُصۡلِحَا بَيۡنَهُمَا صُلۡحٗاۚ وَٱلصُّلۡحُ خَيۡرٞۗ وَأُحۡضِرَتِ ٱلۡأَنفُسُ ٱلشُّحَّۚ وَإِن تُحۡسِنُواْ وَتَتَّقُواْ فَإِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٗا ١٢٨

Artinya: Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. Dan jika kamu bergaul dengan istrimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh), maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan

Ayat di atas lagi-lagi berbicara tentang nusyuz, ketika istri merasa khawatir akan sikap suami yang nusyuz maka yang dapat dilakukan adalah bermusyawarah. Jadi keduanya berkumpul untuk mencari sebuah solusi yang tidak memberatkan satu pihak. Jika musyawarah tersebut berakhir perdamaian maka hubungannya tetap bisa dilanjutkan, tetapi ketika solusi yang didapat adalah untuk berpisah maka keduanya harus sama-sama ikhlas untu saling melepas demi kebaikan bersama.

Bagaimana alternatif solusi untuk masalah Toxic Relationship ini?

Setiap permasalahan pasti ada alternatif solusi yang memungkinkan untuk diterapkan, maka dari itu saya menuliskan beberapa solusi yang dapat diambil ketika kalian merasakan hubungan yang toxic ini!

Alternatif solusi yang pertama adalah mengakui dengan jujur akan permasalahan yang ada. Mengapa harus blak-blakan tentang ini? Karena sebuah masalah harus segera diselesaikan agar tidak menumpuk dengan masalah yang lain. Dan diharapkan untuk kedua pasangan saling menyatakan kejujuran tentang perasaan hati.

Solusi yang selanjutnya adalah menghentikan segala bentuk komunikasi. Mengapa demikian? Karena dengan membuat sebuah pagar pembatas akan meminimalisir kekerasan dan penghinaan. Dan ketika membuat keputusan untuk meninggalkan pasangan, hentikan segala bentuk komunikasi dengannya, kecuali jika kamu memiliki anak dan perlu menjadi orang tua bersama. Dalam hal ini, pastikan komunikasi hanya sebatas untuk pengurusan anak. 

Dan alternatif yang terakhir adalah merencanakan dan memikirkan apa yang harus dilakukan selanjutnya. Maksudnya bagaimana? Jadi ketika kamu memilih jalan perpisahan karena pasangan yang toxic, maka kalian memerlukan planning tentang kehidupanmu selanjutnya setekah terlepas dari hubungan ini. Jadi, pada intinya adalah kamu harus memikirkan secara matang, dan ketika ingin menjalani hubungan yang baru diharapkan untuk lebih mengenal secara dalam latar belakang dan karakter orang yang kamu temui.

Kata terakhir dari saya untuk menutup artikel ini adalah “Jangan mencari seseorang yang hanya selesai dengan permasalahanmu, tetapi carilah seseorang yang ketika masalah datang bertubi-tubi ia tetap setia berada di sampingmu.

Redaksi IMM UINSA
Redaksi IMM UINSA Tim Redaksi RPK KOORKOM IMM UINSA