Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Analogi Literasi

 

Gambar oleh Wachiwit, diunduh melalui istock.com


Naufal Zaidan Aryunsah (Anggota Bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan PK IMM Ibnu Rusyd)


"Karmanye Vadikaraste Mavalesu Kadatjana" merupakan istilah yang tepat untuk menggambarkan aktivitas literasi. Berkreasi dengan literasi seperti menulis sebagai rutinitas  tentu bukanlah hal yang mudah dipraktikkan, sebab menulis butuh kelurusan pikiran, ketekunan, kerendahan hati, dan kejujuran dalam memutuskan ide yang akan disampaikan secara tekstual.

Secara etimologi, Karmanye Vadikaraste Mafalesu Kadatjana artinya bekerja tanpa menghitung untung dan rugi. Sama halnya dengan aktivitas literasi, menulis dan membaca diperlukan sikap konsisten tanpa berorientasi pada hasil maupun menarik pujian dari publik secara cepat. Literasi itu dilandasi sebagai peristiwa dan praktik. Literasi sebagai peristiwa adalah apabila aktivitas itu meliputi membaca, menulis, berbicara dan segala hal yang merujuk pada minat di lingkaran besar literasi, sedangkan literasi sebagai praktik, berlaku apabila aktivitas literasi ditindaklanjuti dengan evaluasi, apresiasi, diskusi, publisitas, dan manajemen melalui adanya redaksi atau komunitas yang bergerak di bidang literasi.

Literasi sendiri perlu dibangun dengan ketulusan hati, kesadaran, kejujuran, komitmen, dan sikap tidak mudah mengharapkan pamrih. Literasi juga menjadi salah satu tindakan yang bisa dilakukan kapan pun dan dimana pun. Setiap orang bisa menjadi aktor literasi dan konsumen literasi. Aktor literasi adalah orang yang menggagas literasi dengan tulisan, menumbuhkan budaya membaca, dan mengelola segala aktivitas maupun peminatan literasi, sedangkan konsumen literasi adalah orang-orang yang melihat konten seputar literasi dalam bentuk teks secara digital maupun konvensional hingga literasi yang terkemas dengan audiovisual seperti film dan tayangan televisi.

Analogi literasi bisa disimpulkan sebagai bentuk perjuangan melalui gerilya. Gerilya sendiri adalah istilah dalam peperangan yang menggunakan metode senyap, sebisa mungkin tak diketahui oleh siapapun, berproses tanpa terang-terangan, kemudian mulai menunjukkan hasil ketika tujuannya tuntas dan layak untuk diakui. Begitu pula dengan membangun literasi, penulis secara diam-diam merangkai kata bukan untuk menyampaikan ide maupun perasaannya melalui pembicaraan, melainkan menunjukkan hasil karya tulisnya yang berwujud majalah, buku, maupun tulisan yang termuat pada sebuah redaksi. 

Metode berliterasi secara gerilya dapat disimpulkan bahwa individu antar individu bisa saling kontra menggunakan ujaran tulisan. Fenomena ini bukanlah saling beradu argumen melalui media sosial, yang kerap terjadi di media online seperti blog dan website. Persilangan gagasan pun juga bisa terjadi di ranah literasi, baik penulis antar penulis yang berada dalam satu redaksi maupun penulis antar penulis yang berbeda redaksi satu sama lain.

Keterampilan literasi berawal dari kemauan untuk menuliskan ilmu pengetahuan dan fenomena yang didapat dari hasil pendidikan. Di jenjang pendidikan kita diajari berbagai teori, materi, dan pelajaran selama bertahun-tahun lamanya. Sejak dini hingga menginjak dewasa kita masih berkecimpung pada kegiatan mendengar, bicara, membaca dan menulis di ruang sekolah maupun kuliah. Lantas, dari ruang itulah kita harus punya alasan kuat untuk membangun literasi yang modalnya berasal dari ilmu pengetahuan yang kita dapat atau segelintir materi yang kita pahami dari lingkungan pendidikan. Baik di sekolah maupun di kuliah, kita selalu mendapat tuntutan untuk merangkum materi dengan membuat tulisan atau diminta membaca sumber pengetahuan kemudian menyimpulkan isinya dengan ditulis. Maka, berangkat dari tuntutan itulah selayaknya kita sadar akan pentingnya kegiatan literasi yang berpacu pada bacaan untuk menambah pengetahuan diri sendiri kemudian menuliskan hasil bacaan guna mengalirkan pengetahuan pada publik.

Kemauan literasi tak cukup berhenti dari ruang pendidikan. Literasi juga tak selamanya menyangkut pada ilmu pengetahuan dari lembaga formal. Literasi pun bisa ditumbuhkan dengan mengambil fenomena yang ada di sekitar atau fenomena yang kita alami, contohnya saja kita mulai berliterasi mengenai kisah hidup, kata-kata hati, sudut pandang, hingga pemberitaan pada hal yang sedang atau pernah terjadi. Keberanian dan konsisitensi untuk publikasi tulisan berupa opini berkemajuan guna membangun intelektual masyarakat berbudaya literasi. Literasi adalah aktivitas kebebasan, masyarakat dari berbagai kalangan bisa mengirimkan tulisan di media manapun agar publisitas tulisan bisa mengisi bahan literatur yang edukatif serta informatif. 

Literasi bisa dikaji sebagai siklus abstrak yang terjadi karena perkembangan manusia yang dinamis. Hulu literasi bisa terjadi karena dorongan berpikir, pengamatan, mendengar diskusi, dan menulis aspirasi pribadi. Hilir literasi yang tampak adalah membaca hasil karya tulis dan berbicara mengenai pembahasan yang telah tertulis. Literasi itu dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat. Analoginya pun sederhana, tulisan merupakan buatan manusia, kemudian tulisan mengalami filterisasi yang dilakukan oleh sekelompok orang yang memiliki kemampuan dan kepekaan terhadap literasi, setelah itu publisitasnya dilakukan oleh segolongan orang yang ditujukan untuk memantik massa agar mengonsumsi literatur yang telah tersaji, sehingga terbentuklah keberhasilan dalam mempengaruhi pemikiran seseorang. 

Setiap orang punya hak dalam menggagas literasi, termasuk menulis sebagai aktivitas yang bisa disangkutkan dengan berbagai tema maupun bidang. Di bidang agama, rujukan literatur itu terdapat pada kitab yang dipeluk. Pada bidang pendidikan literaturnya pun luas sekali, di pendidikan jenjang sekolah atas dipisahkan antara literatur untuk kebutuhan sosial dan literatur untuk kebutuhan saintis, di perguruan tinggi literatur itu juga akan semakin bercabang dan disiplin ilmunya pun akan lebih spesifik dikarenakan adanya berbagai jurusan atau studi-studi yang lebih mengerucut pada proses pembelajarannya.

Redaksi IMM UINSA
Redaksi IMM UINSA Tim Redaksi RPK KOORKOM IMM UINSA