Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Loh, Bukannya Kamu Masih Kecil?


Gambar diunduh melalui lovepik.com

Penulis: Abdul Halim Hasan (Sekretaris bidang kader al kindi)


Belakangan ini Media sosial kembali diramaikan dengan meluapnya kasus pernikahan anak dibawah umur yang membuat kita para penikmat media sosial menjadi sedikit prihatin akan hal ini. Bagaimana tidak Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) provinsi jawa timur mencatat pada tahun 2023 sebanyak 800 Janda Usia Muda (JUS) berumur kurang dari 15 tahun, sedangkan 2900 Janda Usia Muda (JUS) berumur 15-19 tahun, jadi kurang lebih ada sekitar 3700 jika dijumlah seluruh data per-tahun 2023 ini. Mereka menjadi Janda Usia Muda disebabkan terpaksa menikah dan diposisi sedang mengandung anak, setelah menikah mereka langsung becerai.

Fenomena ini tentu saja membuat semua orang prihatin dan ga habis tingking ketika melihat ini, yang seharusnya masa muda diisi dengan berbagai pengalaman, mencari prestasi dan masa masa mencari jati diri, ternyata itu semua hanya impian yang akan menjadi impian belaka dan lama kelamaan sirna seketika. Ya saya paham bahwa kebanyakan dari mereka adalah anak kurang mampu dan kurang mendapat kasih sayang dari orang tua atau keluarga terdekat lainnya.

Padahal ketika berbicara tentang biaya pendidikan di zaman ini itu sangat mudah its very easy, kalaupun dari keluarga yang kurang mampu sekarang ada progam semacam KIP atau KIP-K yang akan menunjang biaya sekolah dan kuliah oleh pemerintah. Jadi bisa dikatakan bahwa dizaman ini tidak ada alasan untuk tidak bisa melanjutkan sekolah atau kuliah hanya karena permasalahan biaya.

Berbeda jika membahas tentang konteks pendidikan di zaman dahulu, di zaman ibu bapak kita yang aksesnya memang cukup susah dan terbatas, jadi tidak bisa dijadikan acuan atau perbandingan dikarenakan memang sudah bukan zamannya. Tekknologi semakin maju sumber daya manusianya harus ikut maju dong, logikanya kalau sumber daya manusia saja belum berkembang, ya bagaimana cara kita bertahan di zaman yang serba canggih ini jika tidak memiliki ilmunya? Bukankah begitu?

Padahal sejak di bangku sekolah kita diajarkan bahwa menuntut ilmu itu hukumnya wajib bagi setiap insan yang terlahir di dunia ini, sebagaimana hadist berikut:

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim” (HR. Ibnu Majah)

Dari potongan hadist di atas dapat dimaknai bahwa menuntut ilmu itu sudah jelas menjadi kewajiban sebagai seorang muslim yang taat. Dengan ilmu juga menghadirkan kebahagiaan baik di dunia hingga kelak nanti di akhirat, sesuai petuah yang pasti sering kita dengar dari Imam Syafii:

مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ, وَمَنْ أَرَادَ الأَخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ, وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ

”Barangsiapa yang menginginkan ( kebahagian) dunia hendaknya dengan ilmu, barangsiapa yang menginginkan akhirat, hendaknya dengan ilmu dan barangsiapa yang menginginkah kebahagian keduanya, hendaknya dengan ilmu”.

Dari hadist tersebut maka kiranya sangat penting di dalam semua sisi kehidupan kita harus dibarengi dengan ilmu. Ilmu akan menjadikan kita berkualitas dan ketika kita telah berkualitas maka orang lain menjadikan kita sebuah prioritas.

Lalu, bagaimana untuk mencegah terjadinya kenaikan angka pernikahan dini? Sini simak beberapa solusi yang akan saya paparkan!

Pertama, yaitu pemberdayaan anak dengan memberikan informasi tentang minat bakat yang disukai. Cara ini secara tidak langsung berfokus pada pelatihan membangun keterampilan dan skill, agar mereka terlatih dan memiliki pengetahuan yang baik melalui diri mereka sendiri dan agar mampu bertahan dan siap di tengah kesulitan problem yang akan ia hadapi 

Selanjutnya, yaitu mendidik dan mengarahkan para orang tua. Solusi ini sering dilupakan padahal faktanya yaitu strategi ini yang sering dipakai oleh penelitian, karena keputusan untuk menikahkan anak atau tidak itu di tangan orang tua dan kerabat sekitar.

Solusi terakhir, yaitu pentingnya pengawasan terhadap perilaku anak di dunia sosmed. Ini adalah hal yang sangat diperlukan pada zaman kecanggihan teknologi ini, anak dengan mudah mengakses hal apapun selagi mereka terhubung ke internet, syukur-syukur ketika yang diakses adalah hal positif, kalau yang negatif nantinya akan merusak moral dan akal sehat dari anak tersebut.

Terakhir dari saya, mumpung masih muda dan tenaga juga masih kuat, marilah sama-sama mencari berbagai pengalaman, agar di masa tua nanti kita bisa buka kembali cerita kisah perjalanan masa muda kita yang indah. Maka dari itu jadilah pribadi yang menantang masa depan, bukan menjadi pengecut yang aman di zona nyaman.

Redaksi IMM UINSA
Redaksi IMM UINSA Tim Redaksi RPK KOORKOM IMM UINSA