Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

“Preman” Argentina, Pembungkam Rakyat Indonesia yang Dikagumi


Foto oleh Alberto Pizzoli, Diunduh melalui Google

Penulis: Naufal Zaidan Aryunsah (Anggota Bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan PK IMM Ibnu Rusyd)



Akhir-akhir ini perasaan rakyat Indonesia terpancing ketika menyaksikan pertandingan timnas Indonesia melawan Uzbekistan. Bukan perasaan kecewa yang melanda, justru kecurigaan dan kesialan diungkap oleh rakyat Indonesia, kekalahan 0-2 dari Uzbekistan membuat geram rakyat Indonesia, perasaan itu tertuju pada wasit Shen Yinhao. 


Keputusan kontroversial diantaranya, gol Ferrari (pemain Persija) yang dianulir offside, tackle kepada Witan yang tak diganjar penalty, kartu kuning beruntun, dan ketidak sengajaan Ridho dalam menghalau bola namun mengenai bagian vital pemain Uzbekistan yang membuahkan kartu merah.

 

Hal serupa yang dirasakan masyarakat Indonesia saat pertandingan timnas Indonesia melawan Qatar, kartu kuning beruntun terhadap pemain Indonesia, kartu merah yang dibatalkan oleh wasit terhadap pemain Qatar, dan adu body antara Ridho dengan pemain Qatar di kotak penalty yang dianggap pelanggaran oleh wasit Nasrullo Kabirov. 


Rasa curiga, kesal, sial, dan dirugikan adalah wujud untain masyarakat Indonesia ketika gelaran AFC berlangsung. Tentu yang jadi sasaran adalah wasit, kedua kalinya netizen Indonesia sibuk mencari akun instagram wasit yang merugikan nasib timnas Indonesia, mulai elemen pemain, official, dan seluruh rakyat Indonesia merasa dicurangi. 

 

Dampak dari dua pertandingan itu membangkitkan hasrat netizen Indonesia untuk melakukan hujatan, cacian, kritik, sindiran, dan komentar pedas lainnya kepada wasit yang pernah melakukan keputusan kontroversial. Selain melakukan pencarian akun instagram, netizen Indonesia juga melontarkan ujaran kekesalan wasit pada konten tiktok maupun cuitan di twitter.


Meski ini mengarah pada ujaran negatif, namun bagi netizen Indonesia ini adalah sikap nasionalisme berupa penyerangan terhadap pihak yang berniat menjatuhkan, menggagalkan, atau bersikap tak adil terhadap bangsa Indonesia. Meski tak mengubah keadaan, kita turut mengapresiasi totalitas netizen Indonesia dalam memainkan sosial media, meski dengan ujaran kebencian atau kata-kata yang sekiranya tak mengena.

 

Netizen Indonesia tak pernah absen melayangkan komentar setelah pertandingan timnas Indonesia, perasaan suka cita berupa pujian, umbaran janji manis, dan sanjungan pernah dikumandangkan kala Indonesia meraih kemenangan melawan Korea Selatan. Bukan cuma pemain, official, PSSI, wasit Shaun Evans juga menjadi perhatian netizen berkat ketegasan dan kejeliannya selama memimpin pertandingan hingga babak adu penalty. 


Gol pemain Korea Selatan yang dianulir, pemberian kartu merah, lalu penalty Hubner yang diulang merupakan suatu pandangan bahwa wasit telah bertugas dengan begitu jeli sehingga menguntungkan nasib Indonesia untuk lolos ke semi final.

 

Tidak hanya menang atau kalah, pemain, pelatih, dan wasit, kejuaraan maupun kategori pertandingan juga menjadi bahan omongan netizen Indonesia. “Derby Konoha” dan “King Indo” adalah contoh cuitan serta tagar di media sosial saat Indonesia hendak berlaga melawan Jepang di ajang AFC Asian Cup, hal itu memang terkesan receh, namun memiliki keunikan yang di latar belakangi oleh filosofi anime Naruto yang memiliki keunikan dengan sebuah unsur di Indonesia.


 Meski Indonesia kalah dari Jepang, Irak, dan dibantai Australia netizen tetap ramai berkomentar namun tidak ada ujaran kekesalan. Di balik perasaan was-was atau deg-deg an, rakyat Indonesia melayangkan dukungan, semangat, pujian, dan memaklumi kekalahan.

 

Lantas, ada suatu momen dimana penonton dan pemain timnas Indonesia dibuat tercengang saat Indonesia menjamu Argentina di GBK. “Preman Argentina” atau “Si pemilik mata indah” adalah julukan netizen Indonesia terhadap pemain Argentina yaitu Leandro Paredes. Julukan itu dibuat oleh netizen Indonesia karena tampangnya bengal, tubuh penuh tatto, dan mata indah karena bola matanya berwarna biru. Komentar dan template penelusuran Tiktok menyebut “Paredes diamkan stadion GBK”, “Momen Paredes membungkam satu stadion”. 

 

Terkejut, kagum dan tercengang sontak menghiasi pandangan rakyat Indonesia yang menyaksikan, baik di stadion maupun di layar kaca. Gol spektakuler dari Paredes juga disebut komentator sebagai tendangan torpedo dan gol kelas dunia, masyarakat juga ada yang menyebut tendangan geledeg. 


Gol dari Paredes  merupakan tendangan keras dari jarak jauh yang melesat ke pojok kanan gawang Ernando. Tak bisa dipungkiri jika gol tersebut bisa membuat penonton tercengang, bahkan mengejutkan suporter yang mendukung hingga deg degan. Kagum dengan gol dari pemain lawan sembari was was dengan permainan timnas Indonesia adalah perasaan campur aduk yang dirasakan oleh rakyat Indonesia.

 

Bisa disimpulkan, jika rakyat Indonesia tak hanya fokus pada kesalahan, performa, kemenangan, atau kekalahan timnas Indonesia, pemain, dan PSSI. Ternyata seramai-ramainya netizen Indonesia, seriuh apapun pendukung timnas Indonesia di stadion maupun yang nobar bisa dibungkam dengan gol dari pemain lawan, bahkan sebagian besar rakyat Indonesia justru mengagumi gaya bermain timnas negara lain daripada timnas negara sendiri. 


Begitu pula dengan pemain, pengamat sepak bola, penonton, hingga netizen juga pernah ada di suatu titik kagum dengan skill bahkan paras pemain luar negeri yang telah mengalahkan timnas Indonesia di kandang sendiri. Mengenai segala komentar maupun sikap tersebut bukanlah masalah dan bisa dimaklumi secara empiris.


 

Editor: Yogaraksa Ananta

Redaksi IMM UINSA
Redaksi IMM UINSA Tim Redaksi RPK KOORKOM IMM UINSA