Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hijrah: Solusi Inspiratif dalam Menemukan Makna Hidup

 

Oleh Natanill, diunduh melalui istockphoto.com 

Penulis: Itsna Aprilia Nur (Kader PK IMM Al-Kindi)


Usia 20 tahunan digadang-gadang menjadi usia krusial dalam perjalanan manusia. Sebab pada masa itu adalah proses beralihnya fase remaja menuju dewasa. Banyak potensi dan kesempatan yang bisa dimanfaatkan, akan tetapi di sisi lain juga banyak tantangan dan keputusan baru yang dijumpai mereka. 

Barangkali sekarang ini kecemasan para remaja adalah seputar pertanyaan bagaimana menemukan jalan karir yang bagus, bagaimana dengan karir tersebut menghasilkan finansial yang baik, bagaimana menemukan lingkungan yang mendukung dan tidak toxic, bagaimana hidup balance antara dunia dan akhirat, dan lain sebagainya. Diperparah dengan tekanan berupa ekspektasi dari orang-orang sekitar, upaya “membanding-bandingkan” dengan pencapaian orang lain, dan stigma-stigma buruk terkait usia 20 tahunan yang mengakar kuat. 

Realitas sekarang, kebahagiaan dan motivasi menjadi dagangan yang paling laris. Merujuk pada otoritas yang dikategorikan sebagai gen Z yang disebut-sebut menjadi generasi “rentan”, mereka telah terdampak kemajuan arus teknologi dan informasi, perubahan iklim yang mengancam masa depan, gaya hidup konsumtif dan hedonisme, bahkan di sektor ekonomi terasa semakin sulit bila tidak mengantongi koneksi “orang dalam”. 

Tentu hal tersebut berpengaruh pada kondisi mental health generasi ini terutama mereka yang menginjak kepala dua. Kerentanan tersebut memicu overthinking dan membuat sebagian dari kita menjadi tidak lagi produktif dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Bahkan lebih banyak yang terfokus pada kekurangan daripada kelebihan yang dimiliki. 

Berdasarkan permasalahan tersebut, solusi yang mungkin ditawarkan adalah upaya memperbaiki diri, atau istilah sekarang self improvement. Self improvement adalah bentuk pengembangan diri, dalam lingkup potensi dan kemampuan diri sehingga mampu untuk meningkatkan kualitas diri.

Komisariat Al-Kindi melanjutkan perkaderan pasca Darul Arqam Dasar IMM, dengan melaksanakan agenda RTL (Rencana Tindak Lanjut) melalui acara seminar self improvement. Topik seminar ini berangkat dari masalah yang telah dibahas di atas. Seminar ini digelar secara daring pada Sabtu, 15 Juni 2024 dengan menghadirkan 2 pemateri dari bidang terkait. 

Kedua pemateri tersebut saat ini sama-sama sebagai motivator muda yang fokus pada pengembangan diri. Selain itu, Komisariat Al-Kindi juga menimbang dampak positif dari menghadirkan kedua pemateri yang sudah terkenal di kalangan gen Z sebagai usaha branding Ikatan. Ide dan pemikiran mewarnai persiapan acara ini, hingga diputuskan seminar ini mengangkat tema “How to Improve My Twenty Personality?” yang bermaksud membahas bagaimana cara mengembangkan diri di usia 20 tahunan. 

Dalam wacana keagamaan, terdapat istilah “hijrah”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah hijrah berarti perpindahan Nabi Muhammad SAW. bersama sebagian pengikutnya dari Mekah ke Madinah untuk menyelamatkan diri dan sebagainya dari tekanan kaum kafir Quraisy. Sedangkan istilah kekinian yang memuat konten hijrah, dapat diartikan sebuah usaha keras (jihad) untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang, menuju kebaikan dan perbaikan dalam rangka beribadah kepada Allah SWT. Kedua pemateri di dalam penjelasannya bersepakat bahwa hijrah menjadi upaya self improvement terbaik.

Lalu bagaimana korelasi antara hijrah dan solusi permasalahan remaja usia 20 tahunan?

Dalam perjalanan menemukan jati diri sebagai pondasi utama melewati tantangan di usia 20 tahunan mungkin terjadi kebimbangan dan kebingungan. Penulis mengasumsikan bahwa hal tersebut terjadi bila kita tidak mengerti tujuan hidup kita. Tuhan tidak menciptakan manusia tanpa sebuah tujuan, maka mengingat tujuan diciptakannya manusia, diimbangi dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT adalah usaha yang patut dilakukan selama proses menemukan jati diri. 

Hijrah bukan hanya dalam bentuk penampilan atau kebiasaan, ia bermakna refleksi mendalam. Tentu untuk meningkatkan kualitas tersebut dapat ditempuh dengan mendalami ilmu agama, mengintegrasikannya di kehidupan, di samping mengembangkan kemampuan duniawinya. Maka dari itu, berkaitan dengan kerentanan, hijrah ini telah masuk kategori self improvement dengan memuat nilai-nilai Islam sebagai pondasi agar tidak mudah terombang-ambing. 

Kembali ke realita bahwa dalam usaha hijrah tentu tidak mudah. Pertama, dihadapkan dengan keharusan untuk meninggalkan sesuatu yang merugikan, misalnya kebiasaan buruk atau lingkungan pertemanan yang tidak mendukung. Sebab dalam proses hijrah, lingkungan teman kita sangat berpengaruh, maka permasalahan berlanjut ke kesepian dan ditinggalkan.

Kedua, untuk membangun sebuah kebiasaan yang produktif dan bermakna tentu dihadapkan dengan kebosanan, demotivasi, bahkan perasaan ingin menyerah. Akan tetapi ingatlah bahwa usaha memperbaiki diri di usia muda ini bagaikan pembentukan besi. Besi mengalami pembentukan, penyambungan, dan perlakuan yang panjang serta rumit, tapi hasilnya tidak mengecewakan, ia kuat karena ditempa hal-hal yang sulit dan keras. Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nisa’ ayat 100;

۞ وَمَنْ يُّهَاجِرْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ يَجِدْ فِى الْاَرْضِ مُرٰغَمًا كَثِيْرًا وَّسَعَةً ۗوَمَنْ يَّخْرُجْ مِنْۢ بَيْتِهٖ مُهَاجِرًا اِلَى اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ ثُمَّ يُدْرِكْهُ الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ اَجْرُهٗ عَلَى اللّٰهِ ۗوَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا ࣖ

“Siapa yang berhijrah di jalan Allah niscaya akan mendapatkan di bumi ini tempat hijrah yang banyak dan kelapangan (rezeki dan hidup). Siapa yang keluar dari rumahnya untuk berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, kemudian meninggal (sebelum sampai ke tempat tujuan), sungguh, pahalanya telah ditetapkan di sisi Allah. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

 

Maka hijrah menjadi solusi inspiratif dan sebagai kompas yang menuntun kita menuju masa depan yang penuh makna dan keberkahan.




Editor : Mohammad Ulil Azmi Al Huraibi

Redaksi IMM UINSA
Redaksi IMM UINSA Tim Redaksi RPK KOORKOM IMM UINSA