Madrasah Mubadalah: Upaya Merawat Peran Immawati
![]() |
Foto peserta bersama pemateri pasca materi Women Relationsip (8/6/2024) |
Berangkat dari keresahan akan menyusutnya bidang Immawati pada setiap
komisariat di IMM UINSA di mana hanya tersisa dua komisariat yang tetap
mempertahankan bidang tersebut, serta memudarnya peran Immawati dalam berorganisasi,
maka bidang Immawati Koorkom IMM UINSA mengadakan Madrasah Mubadalah sebagai
sebuah solusi.
Ruang diskursus yang diadakan dengan tujuan sebagai upaya untuk meningkatkan
kualitas dan kesadaran akan peran Immawati ini diadakan pada tanggal 7-9 Juni
2024, bertempat di MIM 27 Surabaya, dan diikuti oleh 16 peserta yang berasal dari semua komisariat yang ada di
IMM UINSA kecuali komisariat Ibnu Rusyd dan Saintek dengan mengangkat tema, “Perempuan
dan Marwahnya, Immawati dan Perannya.”
Syafina Irlin Dzulfani selaku Master of Training (MoT) menjelaskan
bahwa tema ini diambil dengan harapan agar peserta dapat menempatkan dirinya
sebagai seorang perempuan dan mengerti perannya sebagai Immawati dengan
menyatukan pandangan tentang pemahaman gerak Immawati IMM UINSA.
“Perempuan dan marwahnya mencerminkan bagaimana perempuan mampu
menjaga harga dirinya, mengetahui tujuannya, apa yang harus dilakukan, dengan
cara dia mengenali dan mencintai dirinya sendiri sehingga berdampak baik bagi
sekelilingnya. Maka dari itu kami menghadirkan materi Self-Love pada kegiatan
ini yang diisi oleh yunda Arika Winda Azzaroh ,” jelasnya.
Pemilihan materi ini juga berdasar pada analisis yang dilakukan oleh panitia terhadap beberapa kebutuhan kader terutama Immawati IMM UINSA. Sehingga materi yang didapatkan oleh peserta dapat membawa kesan yang positif bagi mereka. Seperti halnya yang disampaikan oleh Belly Ubaidila, salah satu peserta Madrasah Mubadalah 2024.
"Materi yg berkesan adalah materi pertama yaitu tentang self-love, mencintai diri sendiri, di mana menyadarkan kita bahwa hal pertama yang harus diselesaikan terlebih dahulu adalah apa-apa yang berkaitan dengan diri sendiri, mulai dari mengenal potensi, hobi, dan kemauan diri, dengan tujuan berdaya secara pribadi, lalu barulah bisa memberdayakan yang lain dengan apa-apa yang telah dimiliki. Bagaimana bisa mewarnai orang lain, jika kita sendiri belum bisa mewarnai diri sendiri, walhasil kitalah yang sering diwarnai, entah dengan warna apa itu. Kalo dalam bahasa Arab, ada juga pepatah yang artinya Barangsiapa yang tidak punya, tidak bisa memberi. Maka di sinilah, Immawati harus terlebih dahulu mengisi sebelum memberi."
Keberadaan Immawati hanya akan biasa-biasa saja, sampai ada perempuan di IMM yang memberinya makna. Peran Immawati sejatinya bukan hanya sebagai pelengkap, melainkan sama-sama mewujudkan tujuan Muhammadiyah. Seperti halnya Ahmad Dahlan bersama nyai Walidah untuk sama-sama berperan dalam perjuangan keumatan.
Sekiranya itulah hal menarik yang bisa diambil pelajaran dari
materi "Idealnya Immawati" yang diisi oleh Immawati Aulia Anis Al Jannah pada
kegiatan ini. “Immawati akan terus menjadi kata, karena tugas kitalah yang memberikannya makna,” tegasnya.
Selain materi yang sudah disebutkan di atas, Tsabita Nailatun Nahda Kusaeni, selaku Ketua Pelaksana kegiatan ini juga mengatakan bahwa para peserta juga dibekali dengan materi Women Relationship yang diisi oleh Ana Azizah yang juga merupakan Komisioner KPU Sidoarjo dan materi Public Speaking yang diisi oleh Ariza Qurrata A'yun, dosen Ilmu Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.
Syafina menambahkan bahwa setelah diadakannya kegiatan ini
diharapkan Immawati IMM UINSA dapat lebih menguatkan perannya dalam menyikapi
isu-isu perempuan, terutama bagi peserta, Syafina memiliki harapan besar agar
ke depannya mereka dapat menjadi pelopor, penggagas, penggerak untuk
bersama-sama memberdayakan Immawati UINSA. Immawati juga diharapkan memiliki
kepedulian terhadap sekitarnya dan juga sesamanya sebagai manifestasi dari gagasan women support women, serta terbentuknya Immawati cerdas, kreatif,
berdaya, dan menginspirasi.
Editor: Etika Chandra Dewi