Neo-Londo Ireng Muncul di Tengah Perjuangan Masyarakat Pesisir
|
Penulis: Dian Prahara Batubara (Ketua Bidang Kader PK IMM Leviathan)
IMM UINSA (12/02/25) - Masyarakat pesisir di Surabaya merasa resah dengan munculnya kelompok yang disebut sebagai "Neo-Londo Ireng" di tengah perjuangan mereka dalam mempertahankan wilayah pesisir. Kelompok ini diduga menjadi perpanjangan tangan kepentingan tertentu dalam proyek reklamasi dan kerap mengatasnamakan diri sebagai representasi masyarakat yang mendukung proyek tersebut.
Pada Selasa, 11 Februari 2025, salah satu perusahaan yang menangani reklamasi menggelar sosialisasi dan konsultasi publik terkait Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) di Palm Park Hotel Surabaya. Acara tersebut dihadiri oleh sejumlah masyarakat pesisir yang terkena dampak reklamasi. Awalnya, kegiatan berjalan lancar hingga kedatangan Forum Masyarakat Madani Maritim (FM3), yang kemudian dicegah untuk masuk ke dalam ruangan acara.
Kurangnya pelibatan masyarakat terdampak menjadi alasan utama FM3 untuk hadir secara damai dan menyimak paparan pihak penyelenggara. FM3, yang terdiri dari Kelompok Usaha Bersama (KUB) Nelayan, petani tambak, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK), mahasiswa, dan organisasi keagamaan, datang dengan jumlah massa sekitar 250 orang pada pukul 09.00 WIB.
Mereka mencurigai bahwa peserta yang diundang bukan benar-benar representasi masyarakat pesisir, melainkan orang-orang dengan kepentingan pribadi. Dugaan ini muncul karena peserta yang hadir tidak berasal dari koordinasi KUB Nelayan, yang seharusnya menjadi perwakilan sah dalam diskusi reklamasi.
“Yang datang ke sana bukan dari golongan kami. Seharusnya, jika memang ingin membahas reklamasi, harus berada dalam koordinasi para ketua KUB. Nyatanya, para ketua KUB sendiri tidak mendapatkan undangan,” ujar salah satu partisipan FM3.
Ketika mencoba memasuki forum, massa FM3 justru dihalangi oleh pihak keamanan, sehingga memicu ketegangan antara masyarakat pesisir dan petugas keamanan. FM3 menilai hal ini tidak seharusnya terjadi, mengingat mereka adalah bagian dari kelompok terdampak yang memiliki hak untuk berpartisipasi dalam diskusi proyek strategis tersebut.
“Pihak keamanan menghalangi kami. Padahal, kami hanya ingin masuk dan mendengar penjelasan, karena kami merasa punya hak untuk mengetahui proyek ini, serta ada beberapa poin penting yang ingin kami sampaikan,” tambah seorang anggota FM3.
Setelah beberapa saat, masyarakat akhirnya berhasil masuk ke dalam forum. Namun, acara yang sedang berlangsung tiba-tiba dibubarkan oleh pihak penyelenggara. Para peserta yang hadir berhamburan meninggalkan ruangan, meninggalkan berbagai bukti yang semakin memperkuat dugaan FM3 tentang adanya kelompok "Neo-Londo Ireng" yang menyusup di tengah perjuangan mereka.
Di antara barang-barang yang tertinggal, ditemukan surat undangan, buku catatan, serta amplop yang diduga sebelumnya berisi uang. Dugaan awal yang sebelumnya hanya berupa asumsi kini semakin menguat dengan adanya bukti tersebut. Hal ini menambah keresahan masyarakat pesisir yang khawatir perjuangan mereka akan digagalkan oleh pihak-pihak berkepentingan.
Selain itu, mereka juga khawatir akan adanya penyalahgunaan identitas masyarakat pesisir yang dapat membahayakan perjuangan mereka dalam menolak reklamasi.
“Kami berharap seluruh masyarakat bisa bersatu dalam perjuangan ini. Ini bukan hanya tentang hari ini, tapi juga untuk anak cucu kita di masa depan. Jangan sampai kita terpecah hanya karena kepentingan segelintir orang,” ujar salah satu perwakilan FM3.
Masyarakat pesisir berharap kelompok "Neo Londo Ireng" dapat bergabung dalam perjuangan mereka untuk mempertahankan hak-hak nelayan. Bagi mereka, musuh utama bukanlah sesama masyarakat, melainkan pihak berwenang yang bertindak semena-mena terhadap hak-hak mereka.
Editor: M Tanwirul Huda