Permasalahan Pendidikan di Indonesia
![]() |
Gambar oleh Drazen Zigic, diunduh melalui istockphoto.com |
Penulis: Muhammad Zain Al Hadiyulloh (Kader PK IMM Avempace)
Di Indonesia, masih ada beberapa masalah pendidikan yang umum terjadi dan menjadi tantangan dalam meningkatkan kualitas dan akses pendidikan. Pendidikan yang berkualitas diharapkan bisa memajukan sebuah bangsa, pendidikan bukan sekadar sebagai sarana ‘agent of change’ bagi generasi muda yang akan menjadi penerus suatu bangsa, tetapi juga harus menjadi ‘agent of producer’ agar dapat menciptakan suatu transformasi yang nyata.
Pendidikan tidak hanya memotori ilmu dan pengetahuan, melainkan juga sebagai pembentuk karakter seorang individu agar dapat menjadi pribadi yang bijaksana dan sadar akan kemampuan potensi yang terdapat dalam dirinya.
Menurut Maulido, et al. (2024), pendidikan tidak sebatas memperkuat aspek kognitif tetapi juga aspek afektif dan spiritual dalam pembentukan individu secara menyeluruh. Selain itu, pendidikan juga merupakan salah satu bentuk fasilitas yang diberikan oleh negara terhadap warga negaranya.
Saat ini guru didorong untuk meningkatkan kompetensi mereka secara berkelanjutan. Mereka diharapkan mampu memanfaatkan peluang-peluang yang membantu mereka mengambil peran penting dalam karir mereka. Guru masa kini dapat mempengaruhi kehidupan siswa dengan lebih banyak cara dari yang kita dapat bayangkan.
Program pengembangan karir guru sudah dibentangkan sedemikian rupa demi menjamin kualitas pembelajaran, sekaligus meningkatkan karir profesional guru.
Prakarsa dukungan karir yang menjanjikan yang akan menenun keajaiban dalam kehidupan siswa dan guru. Peluang ini sudah terbuka dan sedang menunggu untuk dimanfaatkan oleh para guru yang akan mengukir karir mereka sehingga dapat melangkah ke jalur pengembangan profesional dengan lebih mudah.
Dalam suatu sistem pendidikan di Indonesia tentunya ada beberapa kelebihan dan kekurangan tetapi kinerja pada sistem akan menghasilkan kualitasnya, jika dijalankan dengan baik tentunya akan banyak sekali hal positif dan hasil yang baik.
Rendahnya Minat Literasi di Indonesia
Menurut UNESCO, menyebutkan bahwa Indonesia berada di peringkat kedua dari bawah soal literasi dunia, artinya minat baca sangat rendah. Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan yakni hanya 0,001%. Hal ini berarti, dari 1.000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca.
Riset berbeda tentang World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada tahun 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca, persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61).
Padahal, dari segi penilaian infrastuktur untuk mendukung membaca, peringkat Indonesia berada di atas negara-negara Eropa.
Sedangkat survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2020 menunjukkan bahwa hanya sekitar 10% penduduk Indonesia yang rajin membaca buku. Angka ini menunjukkan tingkat minat literasi yang rendah di kalangan masyarakat.
Ada beberapa faktor yang dapat menjadi sebab rendahnya minat literasi di Indonesia. Yang pertama adalah aksesibilitas. Terbatasnya akses masyarakat terhadap sumber literasi seperti perpustakaan, buku, dan media cetak merupakan salah satu faktor utama.
Di daerah pedesaan dan di kalangan masyarakat kurang mampu, sumber literasi seringkali sulit dijangkau. Yang kedua adalah tingkat kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan di Indonesia juga memengaruhi minat literasi. Ketidaksetaraan dalam pendidikan dan kurangnya fasilitas pendidikan yang memadai bisa membuat minat literasi berkurang.
Kemudian faktor penggunaan teknologi digital juga dapat memengaruhi minat membaca seseorang. Meskipun perkembangan teknologi telah meningkatkan aksesibilitas informasi, penggunaan yang tidak tepat dan berlebihan terhadap media sosial dan hiburan digital dapat mengurangi minat membaca buku dan sumber literasi lainnya.
Yang terakhir adalah budaya membaca itu sendiri. Budaya membaca di Indonesia yang kurang mendukung juga mempengaruhi minat literasi. Jika membaca buku tidak dianggap sebagai aktivitas yang penting atau prestisius, minat literasi akan menurun. Padahal, tingkat minat literasi bagi suatu bangsa sangat penting.
Kualitas Guru di Indonesia yang Rendah
Menurut survei dari PERC (Politic and Economic Risk Consultan), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan terakhir yaitu urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Salah satu yang menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya kualitas guru.
Hasil dari UKG tahun 2015 sampai 2021, sekitar 81% guru di Indonesia bahkan tidak mencapai nilai minimum. Dari hasil data tersebut menggambarkan bahwa kapabilitas dan kuantitas tenaga pengajar yang tidak kompetensi tentunya akan berdampak pada kualitas pendidik.
Faktor utama yang menyebabkan rendahnya kualitas guru di Indonesia adalah kurang maksimalnya manajemen sumber daya manusia dalam perekrutan guru.
Menurut RISE, Research on Improving System of Education menunjukkan lebih dari 50% guru di Indonesia adalah pegawai negeri dan 90% tumpuan belajar ada pada mereka padahal kualitas mereka tidak dapat terjamin dengan baik. Sehingga sulit membedakan tenaga pendidik yang benar-benar ingin mengajar atau sekedar ingin memperoleh jabatan sebagai pegawai pemerintah.
Selain itu kualifikasi guru yang belum melewati standar mutu pendidikan yang dibutuhkan,masih banyak guru yang malas meningkatkan pengetahuan dan kompetensi dalam mengajar, hal ini berdampak pada kualitas anak yang diajar. Padahal kualitas seorang guru sangat menjamin hasil kualitas peserta didik yang akan dihasilkan.
Dengan demikian, dapat dilihat bahwa permasalahan pendidikan masih menjadi persoalan di Indonesia. Hal ini disebabkan kesadaran masyarakat yang masih rendah mengenai masalah pendidikan di Indonesia yang masih belum memadai.
Dimulai tingkat literasi sudah seharusnya menjadi hal yang diperhatikan dan menjadi tantangan yang harus kita selesaikan bersama.
Kita sebagai mahasiswa, kita harus menjadi generasi penerus bangsa yang dapat menanamkan kebiasaan membaca mulai dari sekarang dan menjadi agen perubahan untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas dan negara yang maju.
Sebagai guru juga memiliki peranan penting dalam memberikan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai pada para siswa didiknya. Jika guru sebagai elemen penting memiliki kualitas yang belum mumpuni maka hal ini akan mempengaruhi mutu pendidikan di Indonesia secara umum.
Untuk mengatasi permasalahan mengenai rendahnya kualitas guru di Indonesia yang disebabkan oleh kurang efektifnya perekrutan guru tentunya merupakan PR yang tidak mudah tetapi ada beberapa hal yang dapat dilakukan. Pertama, memperbaiki profil pembelajaran Indonesia. Profesi guru sebaiknya diperlakukan sebagai pekerjaan profesional.
Editor: Itsna Aprilia Nur