Gelar Diskusi Immawati: Koorkom IMM UINSA Tegaskan Urgensi Ruang Aman bagi Mahasiswi
![]() |
| Dokumentasi Kegiatan Diskusi Immawati |
Penulis: Nasywa Athirah Nathania Zahra (Ketua Bidang RPK PK IMM Al-Kindi)
IMM UINSA (13/12/2025) Koorkom IMM UINSA gelar diskusi bersama bertema “Ruang Aman di Kampus: Saat Mahasiswi Menjadi Korban Kekerasan Seksual” sebagai upaya memperkuat kesadaran kader terhadap isu kekerasan seksual yang masih marak terjadi di lingkungan sosial, kampus, hingga dunia kerja. Acara ini berlangsung pada Kamis, 4 Desember 2025 di aula Masjid Al-Ikhlas.
Ketua Bidang Immawati Koorkom periode 2024–2025, Immawati Ghina, menjelasakan bahwa kekerasan terhadap perempuan tidak hanya terjadi karena pelaku, tetapi juga karena kuatnya budaya diam yang diwariskan dari generasi ke generasi.
“Kita tumbuh dalam tradisi yang menganggap diam sebagai kesopanan dan kesabaran. Padahal, diam justru kekerasan bisa tumbuh tanpa terdeteksi. Hari ini, kita bersama-sama mematahkan budaya itu,” jelasnya.
Ia juga menjelaskan bahwa kekerasan terhadap perempuan seringkali samar-samar dalam bentuk verbal, piskologis, hingga relasi kuasa. Bahkan menurutnya, perilaku kekerasan itu sering dinormalisasi sehingga perempuan tidak sadar meski dirugikan.
Lebih lanjut, Ghina mengatakan bahwa fenomena seperti catcalling sering dianggap sepele. Padahal secara definisi merupakan bentuk pelecehan seksual verbal. “Kalimat 'ah cuma disiulin, nggak usah alay’ itu justru problemnya. Pelecehan, sekecil apa pun, adalah bagian dari struktur besar yang kita sebut kekerasan seksual,” tegasnya.
Diskusi juga menyoroti bahwa pelaku kekerasan seksual tidak selalu laki-laki, perempuan pun bisa terlibat dalam siklus kekerasan, seperti saat meremehkan atau menyudutkan perempuan lain. Karena itu, cara pandang yang sempit mesti ditinggalkan agar kasus dapat dipahami secara menyeluruh.
Di akhir diskusi Ghina berpesan kepada para audiens bahwa keberanian perempuan untuk bersuara harus dijaga dan tidak boleh dipadamkan. Kemudian diskusi diakhiri dengan refleksi bersama; para peserta diminta menyampaikan pandangannya mengenai pentingnya ruang aman bagi perempuan.
Editor: Iskandar Dzulkarnain
