Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Transfer Kader, Perlukah?



Bagi saya pelayanan dan pemenuhan kebutuhan kader adalah segala-galanya dalam proses perkaderan. Pelayanan itu tentu saja dilakukan secara proporsional, karena bila berlebihan kader justru menjadi manja, dan jika sudah begitu roda organisasi akan sulit untuk digerakkan. Sehingga pelayanan juga harus segaris dengan penggemblengan dan pemberdayaan kader. Kader yang saya maksud di sini bukan hanya rekrutan baru tetapi juga mereka yang juga sedang menjadi jajaran baru, alias jajaran Komisariat di tahun pertamanya. 

Pelayanan dan penggemblengan kader tentu hanya bisa dilakukan jika pimpinan, terutama mereka yang sudah menjadi jajaran di periode kedua mempunyai komitmen dan dedikasi yang tinggi terhadap komisariatnya. Sosok-sosok yang menjadikan komisariat bukan hanya sekedar batu pijakan untuk mencapai jabatan yang lebih ‘mentereng,’ bukan pula mereka yang menjadikan komisariat sekedar gugur kewajiban, tetapi yang benar-benar totalitas dan punya kesadaran penuh untuk merawat komisariat. 

Namun kenyataannya saya sering menemukan fakta-fakta yang pahit. Banyak oknum-oknum pimpinan yang tidak berdedikasi, dan dengan entengnya mengkhianati amanah yang sudah dipercayakan padanya. Modusnya bisa beragam, mulai dari banyak alasan saat dimintai tolong, lebih memilih aktif di kegiatan lain (selain komisariat), hingga ‘ghosting’ atau menghilang tanpa kabar dengan berbagai alasan, bahkan sering kali kita tak tahu apa alasannya. Sejujurnya saya tidak peduli dengan mereka, tidak berpengaruh juga kehadiran dan ketiadaan mereka bagi saya, ada atau tidak ada mereka saya tetap akan senantiasa berproses di IMM. 

Kesedihan saya bukan pada mereka yang lepas tanggung jawabnya, tapi lebih kepada kader baru yang ingin memulai kisahnya di IMM. Sekian tahun berlalu, tak terhitung jumlah kader yang harus menghilang, sekian kader yang pergi hanya karena mereka, para oknum pimpinan ‘sialan’, yang tidak becus mengurus komisariat. Para ‘sialan’ itu telah menghinakan marwah IMM, dan disadari atau tidak justru mewariskan dosa jariyah bagi kepengurusan selanjutnya. Andaikan ada kader yang akhirnya tetap bertahan dan memilih tetap berproses di IMM, mereka akan tumbuh dengan membawa dendam di hatinya, ujung-ujungnya pun akan terseok-seok dalam menggerakkan roda organisasi. 

Saya pribadi tidak tega, melihat kader-kader yang ditelantarkan oleh oknum-oknum pimpinannya. Melihat kader-kader baru yang begitu semangat, dan begitu bergairah untuk menggerakkan organisasi, harus menemui fakta pahit, bahwa mereka harus bertemu dengan oknum-oknum pimpinan yang tidak lagi peduli padanya. Bagaikan melihat kuncup bunga melati yang harus layu sebelum mekar. 

Oleh karenanya, saya punya usulan yang bagus bagi Koordinator komisariat (Koorkom). Usulan saya adalah dengan memperbolehkan transfer kader, dari komisariat-komisariat yang menelantarkan kader-kadernya, kepada komisariat-komisariat yang punya dedikasi tinggi dalam merawat jalannya perkaderan. Sungguh tidak sampai hati saya harus melihat kader disia-siakan sebegitunya oleh mereka para oknum-oknum pimpinan. 

Jika memang transfer kader tidak diperbolehkan oleh Pimpinan Koorkom, maka sudah selayaknya Koorkom mengambil tanggung jawab perkaderannya. Koorkom harus bertanggung jawab membenahi perkaderan dari komisariat-komisariat yang sudah terbukti gagal dalam melakukan pengkaderan. Koorkom tidak boleh lempar tangan dengan berkata bahwa itu adalah urusan komisariat masing-masing. Jika memang begitu jawaban Koorkom, maka untuk apa adanya Koorkom? Bubarkan saja kalau begitu!

Memang benar setiap komisariat punya independensinya sendiri-sendiri, tapi tentu kita tidak bisa tinggal diam melihat oknum-oknum pimpinan yang menelantarkan komisariat dan kader-kadernya. Jika Koorkom tidak siap untuk melakukan peran itu, maka sesuai usulan saya, sebaiknya kader-kader yang ditelantarkan tadi ditransfer ke komisariat lain saja, yang lebih peduli dan lebih mampu melaksanakan pengkaderan. 

Author: Fadhlur Rohman

(Ketua Umum PK IMM Al-Farabi 2020-201)

Editor: M Rizki