Seumpama Maskumambang
Designed with: Canva |
Penulis: Habib Muzaki (Ketua Bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan Koorkom IMM UINSA)
Seumpama Maskumambang
Luka-luka, liku-liku
Luka-liku setahun berlalu
Dari mereka
yang terkadang menunggu di seberang
Sendiri kurang orang
Bagai tembok konstatinopel yang diserang
Oleh barisan tentara bernada perang
Tapi ini tentang sebuah datang
yang merasa senang dan sesekali tak tenang
Dihinggapi pikiran penuh belukar
Api perjuangan bersikukuh kekar
***
12 November 2021
Kami diberi amanah oleh ikatan
Mewarisi merah untuk gerakan
Ikhlas sebagai semboyan
Tantangan sebagai perjalanan
Dihadapkan melodi perlawanan
Cemoohan sebagai makanan
***
Sepanjang desember
Tidak ada siang dan malam
Yang ada hanya rapat-rapat-rapat
Persiapan-diskusi-konsolidasi
Menolak kalah dengan sebelah
Fastabikul Khoirot merekah
Rekonstruksi rumah ikatan
Rumah kita penuh harapan
***
Namun
Januari penuh duri
Berdiam diri dibakar api
Bergerak ditampar sepi
Melawan dipuji ilusi
Berambisi dihadapkan mati
Kita berusaha hidup
Menghidupi mimpi-mimpi
Kaderisasi harga mati
***
Februari puncak sendiri
Kami dipisahkan visi
Beberapa menjadi pengembara
Sebagian hilang dari permukaan
Hanya ada,
mereka
Dalam marah dan gelisah
Sedia memeluk amanah
***
Sampai memasuki Maret
Satu-persatu hari dicoret
Darul Arqam Dasar di depan mata
Namun kami masih terbata-bata
Mengeja kekompakan
Mengeja kebersamaan
Mengeja kekeluargaan
Apalagi mewujudkan visi
Dimana ideologi
Kalau bukan bersemanyam,
di buku-buku pengkaderan
Yang rapi serta berdebu
Dan, masih pada sebuah Maret
Tunjuk sana, tunjuk sini
Kepala terpisah dari tubuhnya
Kesah dan sumpah serapah
Gerah, menyerah, lelah
Sebuah rumah kehilangan marwah
Namun pertama dalam sejarah
Kuantitas biru-merah,
Dibanggakan sebagai jerih payah
***
April sampai Juni,
sebagai rekonsiliasi
Tangan-kaki melahirkan aksi
Kepala masih menjaga visi
Ide-ide mekar dalam diskusi
Karya-karya diproduksi
Letih dibayar pengakuan
Air mata diganjar cita-cita
Separuh masa berakhir suka cita
***
Juli, bulan-bulan gulali
Manis, karena janji-janji politisi
Surabaya dalam regenerasi
Kader kebanggaan mengajukan diri
Humanika Dian Nusantara
Menyihir banyak kader Surabaya
Peta politik yang menggelitik
Detik-detik akhir penuh pelik
Kalah dalam perhitungan
Seakan mondar-mandir ini
Tak ada artinya kalau tak menang
Tapi kami banyak belajar
Politik bukan hanya menang
Ia adalah nilai yang diperjuangkan
***
Namun
Bulan Juli tidak hanya itu
Disematkan ia sebagai bulan kelabu
Selasa, 12 Juli 2022
Berpisah dari pelukan ibu dan ayah
Semua kehilangan kader terbaik
Mereka kehilangan seorang adik
Kita kehilangan seorang teman,
Kami, belajar mengantar kepergian
Serta menerima kekosongan ruang
Ia, pergi sebagai puisi
Sajak-sajak yang penuh arti
Tenang dan damai
Meninggalkan kami
Dalam sepi,
ini
***
Tapi waktu terus berlanjut
Agustus seribu jurus
Beberapa mengejar lulus
Rumah ini harus tetap diurus
Komisariat Ushuluddin dan Filsafat
Tak mengenal kenyang walau sesaat
Kita berusaha lapar, dengan sajian yang terhampar
Mengilmiahkan agama, mengislamkan sains
Hadits kehidupan, hermeneutika Alquran
Politik Machiavelli, wisata teologi
Menziarahi sejarah, konflik Ali-Mu'awiyah
Selamat datang tunas-tunas muda
Di rumah para agitator
yang berisikan para motor
Serta pagar betis keilmuan
Visi global dirajut disini
Aksi lokal sebagai
implementasi
***
Namun waktu begitu cepat
Keberasamaan ini singkat
Meski padat dan sangat berat
Setelah setahun penuh arti
Oktober mencari legasi
Menuju post-rekonstruksi
Kursi yang kosong harus diisi
Pimpinan lama harus diganti
Hanya maaf sebagai kata
Bahkan ucapan terimakasih ini tak fasih
Dan, kami menyerahkan amanah
Kepada kalian, wajah-wajah baru
pimpinan komisariat biru
Seumpama maskumambang
Teruslah terbang
Adik-adik kami tersayang
Surabaya, 8 Oktober 2022 - dibacakan pada saat Sertijab Ketua Umum pada
Musykom IMM KUF 2022.