Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mata Air Surga

Gambar Dibuat Oleh Artificial Intelligence 

Penulis: Dian Prahara Batubara (Kader PK IMM Leviathan)


Anagataku

Aku pernah mendaki puncak gunung Rinjani.

Tapi ternyata senyummu lebih indah.

Aku pernah berpergian ke Banda neira. 

Tapi ternyata bola matamu lebih kusuka.

Ku lanjutkan perjalananku ke desa Wae rebo.

Tapi ternyata suara berisikmu lebih membuatku nyaman.

Keindahanmu bagaikan kartika candra yang bersinar di tengah sunyinya malam.

Engkau adalah anindyawati di hidupku.

Engkau adalah anagata yang di setiap malam kuimpikan.

Engkau adalah satu-satunya puspita yang ingin kudekap.

Sebelum aku pulang, sebelum aku hilang.


Terjebak

Cintaku masih sama, ya masih sama.

Sama seperti saat kau kuberi kado boneka panda di hari ulang tahunmu.

Sama seperti waktu kita terlambat bersama di waktu ujian kala itu.

Sama seperti saat kau berikan hadiah perpisahan untukku.

Cintaku tak pernah berubah untukmu.

Kini, aku terjebak dalam deritaku.

Dengan langkah dan nafas yang terus menerus diikuti oleh aroma tubuhmu,ku coba menutup hidungku.

Lalu suaramu mulai tiba-tiba terdengar di telingaku, aku terus berlari hingga akhirnya aku tersesat di hutan renjana.


Ibrahim di Tengah Apiku

Amerta cintaku bagaikan Yanar dag di Azerbaijan.

Tak pernah padam walaupu di guyur hujan.

Anggara cintaku bak api yang membakar kayu kering.

Salahku, kupikir kau adalah kayu kering yang ikut terbakar oleh cintaku.

Tapi ternyata engkau adalah ibrahim di tengah gejolak apiku.

Api ganasku tak mampu membakar dan melelehkan tubuhmu.

Engkau berjalan keluar dariku, meninggalkan kobaran apiku.

Bahkan engkau enggan menoleh tuk melihat kobaranku.


Jatuh

Aku telah jatuh…

Terdampar pada keindahan bola matamu.

Tergeletak ditanah senyum manismu.

Badanku bergetar menahan riuh angin cinta.

Tapi kehangatan sifatmu membuat diriku nyaman akan itu.

Apakah ini cinta? Apakah kau mencintaiku?

Ternyata tidak…

Sinar indah bola matamu ternyata bukan milikku senyum indah bibirmu, ternyata bukan tertuju untukku.

Aku telah terlanjur jatuh.

Tak tahu jalan untuk keluar. 

Ya, kini aku tersesat.

Tak pernah kutemui jalan keluar, dan kini kupilih tuk berdiam diri menunggumu kembali.


Fatamorgana

Izinkan aku memberikan aksara cinta kepadamu.

Kasihku aku menyebutmu sama halnya dengan senja.

Senyummu yang secerah arunika.

Wajahmu yang secantik bumantara.

Kau seperti enigma berupa fatamorgana, yang membuatku percaya bahwa kau adalah anagataku.

Kembali, semua itu hanyalah sebuah fatamorgana.

asa telah sirna dan kini berakhir nestapa.

Nayanikamu membunuh…

Membuatku tercabik-cabik bersama riuh debur sang bena.

Kasih cintaku amerta sampai ke nirwana.

Kita bagai bentala dan bumantara aksa dan selamanya akan menjadi fatamorgana.

Redaksi IMM UINSA
Redaksi IMM UINSA Tim Redaksi RPK KOORKOM IMM UINSA