Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ketum PK IMM Leviathan Peringatkan PC IMM Surabaya, Jangan Terlalu Dekat dengan Kekuasaan

Dokumentasi wawancara dengan Ketum Thoriq (23/01/25)

Penulis: Amizy Nova Airul Ayunda Kurniawan (Kader PK IMM Leviathan)


IMM UINSA (23/01/25) - Pimpinan Komisariat Leviathan mengadakan pertemuan di salah satu warung kopi di Bojonegoro, perkumpulan diadakan di sana karena ketua umum PK IMM Leviathan yakni Thoriq Aqsha Ramadhan sedang melaksanakan program magang di Pengadilan Agama Kabupaten Bojonegoro.

Pertemuan hanya bertujuan sebagai temu kangen yang di mana kampus sendiri dalam masa  liburan sejak awal Desember dan kegiatan komisariat cukup pasif dengan adanya libur semester tersebut.

Banyak pembicaraan yang muncul saat pertemuan tersebut, seperti program kerja yang akan datang, masalah-masalah yang terjadi di pengkaderan, dan pelaksanaan DAD yang di proyeksikan akan dilaksanakan akhir Februari.

Hingga akhirnya pembicaraan berlanjut pada fenomena Pimpinan Cabang IMM Kota Surabaya yang akhir-akhir ini sedang cukup mesra dengan kekuasaan atau pemerintah, kegiatan yang hanya diisi dengan kunjungan-kunjungan ke lembaga negara maupun partai politik dengan dalih kolaborasi untuk Surabaya.

Thoriq Aqsa menyampaikan “sebagai organisasi yang berlingkup di kemahasiswaan, organisasi ini harusnya menjadi pengontrol pemerintah atas tindakan-tindakan zalim yang mereka lakukan, jika ingin kolaborasi? apa yang ingin dikolaborasikan?."

"Sementara perhari ini Surabaya masih berada di dalam darurat keamanan dengan indeks kriminalitas yang semakin tinggi, tanpa adanya perhatian lebih dari pemerintah, harusnya organisasi mahasiswa datang untuk menggugat mereka, bukan bertemu ria di kursi-kursi empuk di dalam ruangan ber ac disana," lanjut Thoriq.

Hal tersebut sejalan dengan data yang dikeluarkan oleh iNews.ID yang mana sepanjang 2024 angka kriminalitas di Surabaya mencapai 5.181 kasus, dan banyak dari sumber lainnya mengatakan bahwa Surabaya menjadi kota dengan angka kriminalitas tertinggi di Jawa Timur.

Kemudian ia melanjutkan “esensi mahasiswa adalah berperan sebagai agen perubahan, pengontrol sosial, dan pengabdian kepada masyarakat. Harusnya mereka paham dengan keadaan masyarakat yang semakin tertindas sekarang, lalu untuk apa kolaborasi dengan pemerintah yang tidak beres, itulah yang membuat daya kritis atau idealis seorang mahasiswa hilang, karena masih di organisasi mahasiswa saja pemikirannya sudah selalu tentang jabatan dan kekuasaan, yang lebih miris mereka yang berada di sana malah dengan bangga mempublikasi kedekatan mereka itu yang kemudian disaksikan oleh para kader di akar rumput”.

Hal tersebut memang sungguh disayangkan, karena memang dengan hal seperti itu semakin memperlihatkan melemahnya keadaan mahasiswa hari ini. Tidak ada check and balance antara mahasiswa dan penguasa, akhirnya kekuasaan akan bertindak semaunya karena mahasiswa sebagai tembok terbesar semakin dekat dengan mereka.

“Sebenarnya tidak ada masalah jika mereka mau ke sana, cuman tidak perlu terlalu diperlihatkan, jika daya kritis mereka sudah mati jangan kemudian ikut menyebabkan daya kritis para kader-kader di komisariat ikut mati, apalagi yang paling disayangkan bahwa telah beredar di komisariat-komisariat bahwa mereka mendapat gertakan dan hanya diam saja, karena takut tidak dikasih tempat untuk pelantikan nanti," ujar Thoriq.

Daya kritis yang disampaikan sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Soe Hag Gie, ia pernah menuturkan bahwa “Makin redup idealisme dan heroisme pemuda, makin banyak korupsi” hal ini benar-benar harus kita wanti-wanti karena jika pemuda telah redup idealismenya maka pemerintah akan berlaku semaunya.

Bukan hanya Gie yang berpendapat seperti itu, bahkan bapak Republik Indonesia Tan Malaka juga pernah menuturkan “Idealisme adalah kemewahan terakhir yang dimiliki oleh pemuda” jika idealisme itu telah hilang didalam diri pemuda maka siapa nantinya yang akan memperjuangkan hak-hak masyarakat kecil yang tidak mendapatkan haknya dari pemerintah.

Thoriq juga memaparkan bahwa dia objektif dalam hal ini, bahkan ia menuturkan seniornya juga banyak yang menjadi jajaran di sana “saya tidak menujukan kritik ini kepada personalia pribadi atau siapapun, tapi kepada mereka semua yang berada di sana, bahkan senior saya sendiri cukup banyak di sana. Kalo memang apa yang dilakukan sudah tidak sesuai dengan esensinya, maka sekalipun itu senior kami, tetap harus kita lontarkan kritik”.

Terakhir dia mengingatkan untuk PC IMM Surabaya jangan terlalu dekat dengan kekuasaan karena itu bukan hakikat dari mahasiswa dan agar lebih memperhatikan langkahnya saat membawa nama besar ikatan ini.

Besar harapan kedepannya kritik yang disampaikan beliau menjadi sebuah hal yang dapat membangun langkah kedepannya, sebagai mahasiswa yang anggun dalam moral dan unggul dalam intelektual.



Editor: Restu Agung Santoso

Redaksi IMM UINSA
Redaksi IMM UINSA Tim Redaksi RPK KOORKOM IMM UINSA