Kekuatan dan Kebangkitan Umat Islam di Abad 15 Hijriyah
![]() |
Gambar oleh Dragon Mihajlovic, diunduh melalui istockphoto.com |
Momen pergantian tahun Islam, 1447 Hijriyah menjadi tonggak awal kebangkitan umat Islam, yang ditandai dengan beberapa peristiwa penting di dunia Timur dan Barat.
Peristiwa berkumpulnya para ulama, cendekiawan Islam dan para pemikir-pemikir modern yang memaparkan gagasan dan merumuskan satu prinsip yang menjadi poros utama umat dalam penghitungan bulan yaitu Kalender Hijriyah Global Tunggal (KHGT).
Pada belahan bumi yang lain, tepatnya di New York, Zohran Mamdani menjadi calon Wali Kota Islam pertama dalam sejarah politik Kota New York.
Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada 1447 H atau abad ke-15 Hijriyah merupakan indikator kebangkitan. Dengan kata lain, awal kebangkitan kekuatan Islam secara global, walaupun perjuangannya bersifat minoritas.
Pada kenyataannya kuantitas tidak selalu lemah, tidak selalu kalah. Karena itu, Allah menyebutnya dengan “kam min fi'atin qalīlatin galabat fi'atan kaṡīratam bi'iżnillāh”.
Menjadi Islam adalah kewibawaan yang luar biasa. Pertanyaan besarnya adalah ketika kewibawaan itu hilang eksistensinya pada jati diri seorang muslim, terutama sebagai kader IMM.
Wibawa tersebut dilihat pada nilai-nilai islam yang dibawanya dalam kehidupan sehari-hari secara sederhana dan berkelanjutan. Seperti akhlak yang baik, tidak menjatuhkan dan lain sebagainya.
Menapak tilah Sejarah, Rasulullah SAW menyampaikan khutbah wada' dengan kalimat-kalimat yang bisa ditangkap, serta bisa diamalkan. Beliau bersabda: “Agama Islam adalah Amanah”. Maka, ketika agama itu adalah Amanah, maka, akan ada konsekuensi dan pertanggung jawaban yang besar tentunya.
Sementara itu, ketika manusia meninggal kemudian dikubur akan ditanya tentang amanah tersebut, sedangkan realitanya lupa akan masuliyyah jama'i.
Pun juga tidak cukup ibadah yang sifatnya fardiyah, tapi perlu ibadah sosial sebagai pertanggung jawaban dari “agama islam adalah Amanah”. Kesadaran jama’i penting direfleksikan pada awal tahun baru islam.
Umat Islam hari ini adalah umat yang kuat "wala tahinu wala tahzanu wa antumul a'alauna in kuntum mu'minin". Menjadi problematika nyata tatkala kekuatan itu hilang eksistensinya sekarang.
Tentu pertanyaan besarnya adalah apa yang menyebabkan eksistensi tersebut hilang dari jiwa umat? Maka jawabannya adalah hilangnya karakter, persatuan yang tidak solid dan terpecah belah atas ideologi pribadi.
Untuk mewujudkan umat yang kuat sebagai representasi dari kuntum khaira ummah maka diikat dengan persaudaraan, ikwah, ukhuwah, sebagaimana tercantum dalam surat Al-Hujurat ayat 10. Allah berfirman:
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah kedua saudaramu (yang bertikai) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu dirahmati”. (Qs. Al-Hujurat [49]: 10)
Maka secara umum, terdapat empat penopang kekuatan jamaah atau umat. Pertama adalah Ulil Amri atau para pemimpin. Kedua, Ulil Anfus yakni ‘alim ulama dan para tokoh. Ketiga, Ulil Amwal yaitu para donatur. Keempat, Ulil Albab atau para pemikir dan cendekiawan.
Untuk mampu membendung kekuatan itu maka harus hijrah, yaitu hijrah dari kegelapan (kebodohan) menuju cahaya (ilmu pengetahuan).
Dalam membangkitkan kekuatan yang sesungguhnya perlu pembinaan dalam spiritual, sosial, ekonomi, budaya, karakter guna mencapai kekuatan yang sempurna dengan menggunakan pendekatan amar makruf nahi munkar.
Adanya ideologi tersebut, penguatan poin-poin diatas tercapai secara komprehensif. Fenomena saat ini, kekuatan yang digaungkan adalah kekuatan yang kurang power dan dukungan.
Misalnya kekuatan di bidang media sosial, konten keislaman yang bersifat menguatkan, membangun, mengingatkan sering kali kalah dengan konten-konten hiburan yang FYP, yang trending dan viral. Hal tersebut menjadi salah satu indikator melemahnya kekuatan islam.
Membangun kekuatan umat dimulai dari diri sendiri kemudian keluarga. Karena bagian terkecil kehidupan dunia, replika paling sederhana dari umat adalah keluarga. Keluarga yang solid karena ada sosok kepala keluarga yang teguh dalam memegang prinsip-prinsip.
Layaknya sebuah negara adidaya, berkuasa, karena pemimpinnya yang kuat dalam menjalankan prinsip. Dalam Islam, untuk menjadi kekuatan umat yang sejati, dibutuhkan penguatan karakter jiwa keislaman.
Selanjutnya, kekuatan dan kebangkitan bisa terbangun apabila tidak bergantung pada orang lain. Selama ketergantungan itu ada, selama itulah kekuatan menjadi tidak berdaya.
Hari ini dunia ditata oleh elit-elit global, imajinasi tentang dunia yang pernah diimpikan umat manusia satu persatu direalisasikan dalam bentuk nyata.
Namun, hal demikian ini menjadi problem, hilangnya kekuatan karena umat ini tidak bisa berkreasi, tidak berpikir lebih untuk kemajuan dan kesejahteraan umat islam tentunya.
Maka hikmahnya adalah kekuatan tidak bisa lahir begitu saja, tetapi butuh tempaan, diskusi panjang, menggodok ide, konsep, prinsip, tujuan yang akan dicapai. Karena kekuatan dan kebangkitan adalah cita-cita untuk menampilkan wajah Islam yang kuat sebagai satu kesatuan umat yang padu dan solid.
Kehadiran organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sebagai kekuatan kelompok merupakan bagian tonggak dari kebangkitan umat. Kader IMM adalah penggerak dari rantai kebangkitan yang perlu diusahakan dan disatukan mulai hari ini.
Mustahil, 10 tahun yang akan datang IMM akan disegani oleh dunia, bila hari ini tidak ada penguatan. Man Jadda wa Jadda, Wa Man Zara’a Hashoda.
Wallahu a’lam.
Editor: Restu Agung Santoso