Jalan Senyap Pelantikan
![]() |
| Gambar oleh jgroup, diunduh melalui istockphoto.com |
Penulis: Iskandar Dzulkarnain (Sekretaris Bidang RPK PK IMM Ushuluddin dan Filsafat)
Kurang lebih sebulan telah berlalu, setelah tongkat estafet kepemimpinan diserahkan secara khidmat di Kota Udang. Secara de facto, kapal, awak, nahkoda, serta peta ekspedisi, semuanya telah diperbarui dan sah menjadi peserta ekspedisi. Berharap menemukan harta karun yang lebih besar daripada sebelumnya di penghujung jauh samudra.
Semua kebutuhan bekal selama ekspekdisi telah dimuat serta diangkut ke dalam kapal. Para awak juga telah menyiapkan keseluruhan bekal pribadi untuk mengarungi samudra biru. Mereka juga telah meminta izin dan restu para tetua dahulu yang telah berpengalaman menerjang ombak-ombak samudra.
Ketika semuanya telah siap; layar-layar hendak dibentangkan, jangkar sudah diangkat, dan nahkoda telah memegang penuh kendali kemudi kapal, tak disangka-disangka, ditemukan kebocoran di lambung kapal. Sangat kecil, tapi ternyata itu mengundurkan pemberangkatan ekspedisi.
Begitulah kiranya gambaran road to pelantikan ikatan kita tercinta.
Euforia yang Tak Lagi Dirayakan
Flasback pada tahun-tahun sebelumnya, ketika mendekati hari-hari pelantikan, sekretariat biasanya penuh sesak dengan pelbagai persiapan. Dari master of ceremony yang berlatih di teras, tim paduan suara yang mengisi ruang-ruang sekretariat, angkatan-angkatan yang menyusun strategi penampilan di panggung, hingga setiap komisariat yang riwa-riwi mengatur anggotanya untuk hadir di acara pelantikan.
Pemandangan itu nampaknya tak lagi terlihat di sekretariat sekarang. Atau, hal itu karena memang saya yang telah lama tidak mengunjungi tempat itu. Namun, mungkin juga karena alasan itulah saya lama tidak mengunjunginya.
Saya baru merasakan nuansa di atas setelah seorang teman bercerita ketika kami saling sambat di warung kopi. Dia merasakan pemandangan ganjil ketika dibandingkan dengan hari-hari mendekati pelantikan pada tahun-tahun sebelumnya.
Awalnya saya tidak setuju dan menganggapnya sebagai hal yang biasa saja. “Bukannya memang seperti itu,” ujar saya kepada teman itu untuk menepis hal-hal ganjil di benak kepala. Akan tetapi, setelah mengingat lebih lama dan membayangkan tahun-tahun sebelumnya, sepertinya keresahan itu juga ada benarnya.
Alhasil kami berdua memikirkan bersama apakah gerangan yang terjadi pada internal Koorkom saat ini. Sangkaan demi sangkaan jelek muncul di benak kami, yang disusul langsung oleh tepisan kesadaran. Namun, semakin lama kami mencari alasan rasional yang paling memungkinkan, sangkaan-sangkaan jelek itulah yang kerap muncul di benak kami.
Benarkah ada sesuatu yang disembunyikan oleh Koorkom akhir-akhir ini? Itulah kalimat yang senantiasa menjadi pertanyaan. Pasalnya, hingga hari ini tiada informasi progres persiapan pelantikan kepada para ketua komisariat. Itulah yang dirasakan kami, terutama seorang teman yang juga ketua komisariat.
Di akhir, Ia juga menceritakan keseruan hari-hari mendekati pelantikan ketika dulu dirinya baru menjadi kader. Ia dulu selalu mengunjungi sekretariat karena banyak kakak-kakak yang bisa diajak berdiskusi dan juga tak lupa menanyakan perihal perkuliahan.
Pertanyaan yang Menggantung
Ketika kami memikirkan kembali sangkaan di atas, muncul pertanyaan yang lain: jika memang demikian, apakah kira-kira yang disembunyikan oleh Koorkom hari-hari ini.
Kami merasakan ada yang aneh dengan keaadan hening ini. Setelah pengunduran hari pelantikan, rasanya tiada lagi informasi yang kami dapatkan tentang progress selanjutnya. Sunyi dan senyap. Tak ada yang lain. Yang kami takutkan hanyalah satu: adanya pengunduran lagi terkait pelantikan itu.
Informasi terakhir adalah kita akan pelantikan Minggu dekat ini. Iya, Minggu depan tanggal 16 November. Sangat dekat. Tiga hari lagi sejak tulisan ini ditulis. Namun sayangnya, tiada informasi sedikit pun terkait pelantikan itu. Ketetapan tempat, waktu, dan segala hal yang perlu dipersiapkan.
Meski demikian, di samping semua itu, kami juga husnuzan kepada Koorkom terkait keheningan ini. Kami percaya bahwa Koorkom akan melakukan yang terbaik demi IMM UINSA. Mungkin saja, keheningan itu memang sengaja dilakukan agar seluruh komisariat menyiapkan kebutuhan internalnya tanpa repot-repot memikirkan masalah tempat dan waktu.
Di akhir, semoga sangkaan dan ketakutan di atas benar-benar tidak akan pernah terjadi pada ikatan kita tercinta. Sebaliknya, Koorkom memberikan kabar baik di penghujung cerita.
Editor: Restu Agung Santoso
