Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

MAKSIAT dan Warkop DKI: KUF Usung Kajian "Tuhan Juga Membahas MBG"

Dokumentasi Kegitan Warkop DKI 

Penulis: Fatin Azmi Fauziyah (Kader PK IMM Ushuluddin dan Filsafat)


IMM UINSA (12/12/2025) Komisariat Ushuluddin dan Filsafat (KUF) UIN Sunan Ampel Surabaya kembali mengadakan agenda MAKSIAT (Makan Makan Komisariat) dan Warkop DKI (Diskusi Keilmuan dan Isu) pada Selasa, 9 Desember 2025 di Pondok Kader Koorkom IMM UINSA sebagai ruang penguatan intelektualitas dan solidaritas antar kader dan jajaran. 

Bimo, selaku ketua umum KUF menjelaskan bahwa Warkop DKI merupakan sebuah forum kajian yang diselenggarakan oleh bidang Riset Pengembangan dan Keilmuan (RPK). Warkop DKI sendiri adalah sebuah akronim yang dibuat untuk menarik keinginan kader untuk mengikuti kegiatan tersebut. 

“Warkop DKI itu adalah sebuah akronim tujuannya agar mengajak biar orang-orang itu terbuka, tertarik, dan terpancing dengan nama Warkop DKI. Nah, dan Warkop DKI ini insyaAllah jangkanya terus-terusan setiap satu bulan itu ada dua kali dengan berbagai subtema pembahasan yang berbeda-beda,”ujarnya. 

Warkop DKI kali ini ialah membedah artikel ilmiah kader yang berjudul “Analisis Progam Makan Bergizi Gratis (MBG Dalam Prespektif Kesehatan Masyarakat dan Etika Islam: Kajian Deskriptif Kualitatif Berdasarkan Ayat-Ayat Al Quran." Judul itu kemudian disederhanakan dan dikemas dalam kajian dengan tema "Tuhan Juga Membahas MBG."

Fariz, selaku penulis artikel berusaha menjawab opini negatif masyarakat terhadap MBG yang sering di salahpahami. Menurutnya, pandangan terhadap kebijakan MBG tidak selalu negatif sebagaimana dilihat dari sisi anggarannya saja. 

“Sebenarnya MBG ini tidak melulu negatif; efisiensi anggaran dan sebagainya. Data empiris yang ada secara kuantitatif itu menurunkan angka stunting yang cukup signifikan. Sehingga stunting di Indonesia ini mulai berkurang. Dan MBG ini memang benar-benar ada uji lab yang dilakukan secara berkala dan masaknya pun secara berkala. Berbeda dengan yang di pandang masyarakat,” ungkap Faris.

Ia menambahkan bahwa kemungkinan dari banyak kasus yang mengeluhkan keracunan, justru bukan karena dari MBG-nya, akan tetapi karena makanan itu dikonsumsi melewati batas waktu yang telah ditentukan untuk dikonsumsi secepatnya. Adanya faktor alergi atau kondisi tubuh tertentu juga bisa menjadi penyebab reaksi negatif dari konsumsi MBG. 

Karena itu, pemuda asal Surabaya itu berpesan kepada para kader agar tidak mudah menilai sesuatu yang belum terbukti kebenarannya atau bahkan termakan sebuah opini yang belum tervalidasi. 

“Pesan utama yang ingin disampaikan melalui artikel, jangan gampang nge- judge lah, ya. Jangan gampang nge- judge sesuatu yang belum kita buktikan validitasnya,” sambungnya.

Sementara itu, agenda MAKSIAT atau Makan Makan Komisariat adalah sebuah kegiatan yang diselenggarakan oleh bidang kader dengan fokus untuk membangun bonding atau keharmonisan, solidaritas dan militansi antar kader maupun jajaran. 

Bimo menegaskan bahwa tujuan utama dari kedua kegiatan tersebut adalah untuk merawat nalar kritis para kader dan jajaran, mengingat bahwa Komisariat Ushuluddin dan Filsafat dikenal melalui basis intelektualitasnya. Selain itu, kegiatan ini juga untuk membangun militansi dan solidaritas antar kader dan jajaran dalam menghidupi Komisariat Ushuluddin dan Filsafat.

Pemuda asal Lamongan itu pun mengungkap adanya beberapa evaluasi dari kegiatan ini, yaitu terkait kehadiran para kader dan jajaran. Beberapa kader dan jajaran mengaku berhalangan hadir karena adanya benturan pada jadwal kegiatan. dalam masa UAS dan jadwal libur kuliah, sehingga banyak kader yang telah pulang ke daerah masing-masing. 

“Kalau kader sendiri mungkin mereka masih belum mengenal jauh ya, terkait Komisariat Ushuluddin dan Fislafat ini, jadi beberapa yang bisa ditarik akhirnya ya cuman mereka-mereka saja yang masih mau bertahan,” jelas Bimo. 

Ke depannya, Bimo berharap kegiatan ini bisa melatih dinamika pemikiran para kader dan tidak berhenti begitu saja setelah kegiatan selesai. Ia ingin melalui kegiatan ini dapat menghasilkan sebuah artefak intelektual berupa tulisan, kritik, maupun diskusi panel lanjutan untuk membangun nalar dan dialektika mereka. 

“Dari kegiatan ini tidak selesai begitu saja tapi ada sesuatu yang di artefakkan setelah itu, baik nanti dibentuk tulisan, bentuk kritikan, maupun diskusi panel selanjutnya seperti itu. Nah, jadi membangun nalar mereka lewat sana, membangun dialektika mereka lewat sana,” tutup Bimo sambil mengakhiri acara. 


Editor: Iskandar Dzulkarnain


Redaksi IMM UINSA
Redaksi IMM UINSA Tim Redaksi RPK KOORKOM IMM UINSA