SABI Al-Farabi Angkat Tema “Wahabi Lingkungan”, Kupas Fenomena Upaya Purifikasi Alam
Penulis: Rania Nisrina (Kader PK IMM Al-Farabi)
IMMUINSA (12/12/2025) —Rabu, 3 Desember 2025, Komisariat IMM Al-Farabi kembali menyelenggarakan agenda rutin mereka yaitu SABI (Sarasehan Al-Farabi). Kegiatan ini telah menjadi tradisi pekanan di lingkungan komisariat sebagai ruang diskusi santai, bertukar pemikiran, serta memperkuat ukhuwah antar kader. Pada kesempatan kali ini, tema yang diangkat adalah “Wahabi Lingkungan” dengan narasumber Immawan Brian, selaku Ketua Bidang Tabligh IMM Al-Farabi.
Acara berlangsung di depan gedung Student Center Kampus 1 UIN Sunan Ampel Surabaya. Meski diselenggarakan secara sederhana, suasana diskusi terasa hangat dan interaktif. Sebanyak delapan peserta hadir, terdiri dari immawan maupun immawati, khususnya kader angkatan 25 yang terlihat antusias mengikuti pembahasan.
Dalam pemaparannya, Immawan Brian mengawali kajian dengan mengulik salah satu isu terkini yang ramai diperbincangkan publik, yaitu pernyataan dari Gus Ulil Abshar Abdalla, tokoh Nahdlatul Ulama, mengenai istilah “Wahabi Lingkungan”. Lebih lanjut, Immawan Brian menjelaskan latar belakang kata “Wahabi” yang kerap disalahpahami. Wahabi pada dasarnya merujuk pada gagasan pemurnian ibadah yang dicetuskan oleh Muhammad bin Abdul Wahab. Gerakan tersebut berusaha mengembalikan praktik keagamaan kepada bentuk paling awal berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah. Namun penerapannya pada masa itu dianggap terlalu tegas dan keras oleh sebagian masyarakat tradisional, sehingga hingga kini istilah tersebut sering kali mendapat stigma dan pandangan miring.
Pemurnian yang dimaksud adalah menjaga lingkungan dari eksploitasi berlebihan, polusi, dan tindakan destruktif yang merusak keseimbangan ekosistem. Dengan kata lain, manusia diajak kembali pada prinsip dasar: memperlakukan alam sebagai amanah yang harus dijaga, bukan objek yang terus-menerus ditaklukkan.
Setelah penyampaian materi, peserta diberikan kesempatan untuk berdiskusi, bertanya, dan menyampaikan pandangan. Suasana dialog berjalan ringan namun tetap bernuansa interaktif. Beberapa kader yaitu immawati Aliyah, tampak merekam poin penting yang disampaikan. Immawan zahid juga menanggapi pernyataan pemateri dengan perspektif lain. "Semisal Gus Ulil diundang ke SABI kali ini untuk _jadi_ pemateri, mungkin beliau akan menyampaikan hal yang serupa dengan yang Mas brian paparkan" jelasnya.
"Maka bisa dikatakan bahwa kajian ini adalah kajian _pro_ Gus Ulil" sambungnya. Tanggapannya bermaksud memberikan gambaran umum muatan paparan pemateri saat itu.
Immawan Rama juga turut memberikan seulas poin yang didapatkannya. "Pada intinya, sebenarnya Islam membolehkan kita untuk memanfaatkan alam yang sudah diberikan Tuhan" katanya.
"Namun dengan catatan bahwa ada kadar yang harus diketahui manusia sejauh mana kita boleh memanfaatkannya, khususnya tentang tambang kali ini" lanjutnya.
Salah satu immawati angkatan 25, Aliyah, menyampaikan kesannya setelah mengikuti kegiatan tersebut. Ia merasa pembahasan kali ini membuka cakrawala berpikir baru mengenai hubungan agama dan lingkungan."Kalau dari kesannya, Alhamdulillah senang bisa dapat ilmu baru, bisa membuka pikiran lebih luas lagi tentang keadaan yang terjadi sekarang. Untuk harapannya semoga yang ikut SABI kedepannya lebih banyak lagi biar makin seru mengais ilmu bareng orang-orang hebat." Ucapnya.
Melalui penyelenggaraan SABI edisi kali ini, IMM Al-Farabi berharap kader semakin kritis, peka terhadap isu aktual, serta mampu menempatkan nilai-nilai Islam sebagai solusi yang relevan dalam tantangan zaman. Semangat belajar dan berdiskusi menjadi nyala kecil yang diharapkan terus tumbuh, menyala, dan memberi manfaat bagi lingkungan kampus maupun masyarakat luas.
Editor: Etika Rahma Setya